NATA DE COCO INDONESIA

NATA DE COCO INDONESIA

Rabu, 26 Oktober 2011

NATA DE COCO INDONESIA

Nata De Coco atau sari kelapa merupakan peluang usaha yang cukup prospektif, pemasaran terbuka luas baik dalam negeri maupun eksport. Untuk mengembangkan menuju pangsa pasar eksport diperlukan:
- Peningkatan kualitas Nata De Coco
- Ketersediaan jumlah barang sesuai permintaan pasar eksport.
Untuk memenuhi standart kualitas dan kuantitas, diperlukan pengembangan dan pelatihan serta peningkatan Sumber Daya Manusia secara komprehensif. Selama ini para petani atau produsen Nata De Coco banyak yang belum mengelola binis ini secara baik. Resiko kegagalan produksi masih cukup tinggi rata-rata masih diatas 5%. Sebenarnya resiko kegagalan bisa diminimalkan sampai angka 1%.

WADAH PENGEMBANGAN

Inilah salah satu wahana untuk berinteraksi antar petani/produsen Nata De Coco, disinilah tempat untuk saling berbagi pengalaman, diskusi dan mencari terobosan baru untuk meningkatan pemasaran secara lebih luas. Wadah berupa PAGUYUBAN akan sangat membantu para anggota dalam proses peningkatan Kualitas dan Kuantitas Nata De Coco.


LAYAR MONITOR TERBUAT DARI NATA DE COCO

Mungkin sulit dibayangkan jika nata de coco yang biasa kita makan, suatu saat muncul di hadapan kita dalam bentuk layar televisi atau monitor komputer. Tapi para ilmuwan dari Kyoto University telah menemukan bahwa ternyata nata de coco dapat diolah menjadi material baru yang sangat kuat dan tahan panas, tetapi sekaligus lentur, dan mampu men-transmisi-kan cahaya. Salah satu produk yang mungkin dihasilkan dari nata de coco adalah layar monitor. Tidak percaya?
Nata de coco selama ini memang dikenal sebagai makanan yang sangat digemari masyarakat. Selain murah dan gampang dibuatnya, ternyata kandungan seratnya bisa memperlancar saluran pencernaan. Pembuatannya hanya melalui proses fermentasi air kelapa dengan menggunakan bakteri jenis Acetobacter xylinum. Jadi, tidak terbayangkan sebelumnya jika makanan yang begitu sederhana bisa diolah menjadi bahan baku industri yang lain.

Menurut para peneliti dari Lab of Active Bio-based Material-Kyoto University, nata de coco dapat dijadikan komposit yang sangat kuat dengan teknik pengolahan yang cukup sederhana. Lembar nata de coco yang sudah dihilangkan airnya dicelupkan terlebih dahulu ke dalam perekat polifenol formaldehid dengan berat molekul rendah. Setelah melalui proses pengeringan kemudian dipres panas pada suhu 180oC selama 10 menit sehingga akan dihasilkan komposit yang sangat kuat.
Material komposit tersebut mempunyai keteguhan patah (bending strength) 450 MPa, dengan kerapatan 1.4 g/cm3. Kekuatan ini lebih baik bila kita bandingkan dengan kekuatan baja campuran (Mg alloy AZ-91) yang mempunyai keteguhan patah sekitar 370 Mpa (kerapatan 1.8 g/cm3). Bahkan kekuatan komposit tersebut dapat disetarakan dengan kekuatan baja ringan SS400 (kerapatan ‚V.8 g/cm3) yang mempunyai keteguhan patah sekitar 500 MPa.

Komposit nata de coco bisa memiliki kekuatan yang sangat baik karena nata de coco memiliki microfibrils yang seragam dengan ukuran fiber kurang dari 10 nm, lurus serta membentuk jaringan seperti jaring laba-laba. Kekuatan jaringan inilah yang menjadikan komposit nata de coco mendekati kekuatan baja ringan namun dengan kerapatan yang jauh lebih rendah bila dibandingkan baja ringan. Keunggulan tersebut memungkinkan komposit nata de coco untuk dimanfaatkan dalam berbagai aplikasi seperti industri otomotif, elektronik, maupun konstruksi. Selain keunggulannya yang ringan, kuat, murah dan mudah dalam proses pembuatannya, keunggulan lainnya adalah komposit tersebut dibuat dari bahan alami (renewable resources) yang ketersediaannya di alam sangat melimpah.

Tidak hanya sampai di situ, komposit nata de coco bahkan memiliki sifat transmitter cahaya seperti kaca. Berdasarkan penemuan mutakhir dari para peneliti Kyoto University, ukuran fiber dari nata de coco yang berskala nano, memungkinkannya untuk mentransmisikan cahaya tanpa pembelokan. Sifatnya nyaris seperti kaca dengan keunggulan lebih tahan terhadap panas dan memiliki kelenturan seperti plastik. Hal ini menjadikan komposit nata de coco sebagai material impian dengan berbagai keunggulan.

Prinsip pembuatannya cukup sederhana, lapisan nata de coco dihilangkan airnya sehingga berbentuk lembaran seperti kertas. Setelah dikeringkan menggunakan vacuum oven, lembaran tersebut masih belum transparan karena masih mengandung rongga udara, sifat transparan dihasilkan setelah rongga udara diisi oleh senyawa resin yang mempunyai sifat transparan seperti resin akrilik. Selanjutnya dilakukan pematangan dengan menggunakan sinar UV, sehingga dihasilkan lembaran yang transparan.
Dengan berbagai sifat yang unggul seperti transparan, ringan, fleksible dan mudah dibentuk menjadikan komposit berbahan dasar nata de coco mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai layar monitor, kaca jendela mobil ataupun jendela kereta api. Di Jepang sendiri, saat ini pemanfaatan komposit tersebut sedang diaplikasikan dalam skala industri bekerjasama dengan pihak swasta. Diharapkan dalam waktu dekat, kita bisa menikmati layar monitor komputer yang lentur seperti plastik namun tahan panas seperti gelas. Bahkan tidak menutup kemungkinan nantinya kita akan memakai kacamata yang terbuat dari komposit nata de coco apabila komposit tersebut dikembangkan untuk alat optik.

Lalu bagaimana dengan pengembangan dan pemanfaatannya di Indonesia? Sebenarnya Indonesia dapat dikatakan sangat diuntungkan dengan melimpahnya ketersediaan nata de coco. Produksinya bersifat ramah lingkungan dan menguntungkan banyak rakyat kecil karena bisa dikerjakan dalam skala home industri. Pengembangan teknologi industri berbahan dasar nata de coco di Indonesia bisa jadi memiliki prospek cerah mengingat industri elektronik dan otomotif di Jepang mampu menyerap hasilnya.
Jepang, walaupun tidak memiliki sumber daya alam yang besar seperti Indonesia dan hanya mengimpor nata de coco dari Filipina, namun mampu mengembangkan nata de coco menjadi material yang prospektif dengan kemungkinan aplikasi yang luas. Jika teknologi ini bisa dikembangkan di Indonesia, bukan tidak mungkin Indonesia akan dapat menjadi penyedia komposit ini untuk berbagai aplikasi.

Penulis adalah alumni Kimia IPB yang sekarang menjadi peneliti di Lab. Biokomposit, UPT Biomaterial-LIPI, Cibinong. Saat ini sedang tugas belajar di Lab. of Active Bio-based Materials, RISH, Kyoto University sebagai Doctoral student dengan bidang penelitian: bio-nanocomposite, polylactic acid, microfibrillated cellulose.

LAYAR MONITOR TERBUAT DARI NATA DE COCO

Mungkin sulit dibayangkan jika nata de coco yang biasa kita makan, suatu saat muncul di hadapan kita dalam bentuk layar televisi atau monitor komputer. Tapi para ilmuwan dari Kyoto University telah menemukan bahwa ternyata nata de coco dapat diolah menjadi material baru yang sangat kuat dan tahan panas, tetapi sekaligus lentur, dan mampu men-transmisi-kan cahaya. Salah satu produk yang mungkin dihasilkan dari nata de coco adalah layar monitor. Tidak percaya?
Nata de coco selama ini memang dikenal sebagai makanan yang sangat digemari masyarakat. Selain murah dan gampang dibuatnya, ternyata kandungan seratnya bisa memperlancar saluran pencernaan. Pembuatannya hanya melalui proses fermentasi air kelapa dengan menggunakan bakteri jenis Acetobacter xylinum. Jadi, tidak terbayangkan sebelumnya jika makanan yang begitu sederhana bisa diolah menjadi bahan baku industri yang lain.

Menurut para peneliti dari Lab of Active Bio-based Material-Kyoto University, nata de coco dapat dijadikan komposit yang sangat kuat dengan teknik pengolahan yang cukup sederhana. Lembar nata de coco yang sudah dihilangkan airnya dicelupkan terlebih dahulu ke dalam perekat polifenol formaldehid dengan berat molekul rendah. Setelah melalui proses pengeringan kemudian dipres panas pada suhu 180oC selama 10 menit sehingga akan dihasilkan komposit yang sangat kuat.
Material komposit tersebut mempunyai keteguhan patah (bending strength) 450 MPa, dengan kerapatan 1.4 g/cm3. Kekuatan ini lebih baik bila kita bandingkan dengan kekuatan baja campuran (Mg alloy AZ-91) yang mempunyai keteguhan patah sekitar 370 Mpa (kerapatan 1.8 g/cm3). Bahkan kekuatan komposit tersebut dapat disetarakan dengan kekuatan baja ringan SS400 (kerapatan ‚V.8 g/cm3) yang mempunyai keteguhan patah sekitar 500 MPa.

Komposit nata de coco bisa memiliki kekuatan yang sangat baik karena nata de coco memiliki microfibrils yang seragam dengan ukuran fiber kurang dari 10 nm, lurus serta membentuk jaringan seperti jaring laba-laba. Kekuatan jaringan inilah yang menjadikan komposit nata de coco mendekati kekuatan baja ringan namun dengan kerapatan yang jauh lebih rendah bila dibandingkan baja ringan. Keunggulan tersebut memungkinkan komposit nata de coco untuk dimanfaatkan dalam berbagai aplikasi seperti industri otomotif, elektronik, maupun konstruksi. Selain keunggulannya yang ringan, kuat, murah dan mudah dalam proses pembuatannya, keunggulan lainnya adalah komposit tersebut dibuat dari bahan alami (renewable resources) yang ketersediaannya di alam sangat melimpah.

Tidak hanya sampai di situ, komposit nata de coco bahkan memiliki sifat transmitter cahaya seperti kaca. Berdasarkan penemuan mutakhir dari para peneliti Kyoto University, ukuran fiber dari nata de coco yang berskala nano, memungkinkannya untuk mentransmisikan cahaya tanpa pembelokan. Sifatnya nyaris seperti kaca dengan keunggulan lebih tahan terhadap panas dan memiliki kelenturan seperti plastik. Hal ini menjadikan komposit nata de coco sebagai material impian dengan berbagai keunggulan.

Prinsip pembuatannya cukup sederhana, lapisan nata de coco dihilangkan airnya sehingga berbentuk lembaran seperti kertas. Setelah dikeringkan menggunakan vacuum oven, lembaran tersebut masih belum transparan karena masih mengandung rongga udara, sifat transparan dihasilkan setelah rongga udara diisi oleh senyawa resin yang mempunyai sifat transparan seperti resin akrilik. Selanjutnya dilakukan pematangan dengan menggunakan sinar UV, sehingga dihasilkan lembaran yang transparan.
Dengan berbagai sifat yang unggul seperti transparan, ringan, fleksible dan mudah dibentuk menjadikan komposit berbahan dasar nata de coco mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai layar monitor, kaca jendela mobil ataupun jendela kereta api. Di Jepang sendiri, saat ini pemanfaatan komposit tersebut sedang diaplikasikan dalam skala industri bekerjasama dengan pihak swasta. Diharapkan dalam waktu dekat, kita bisa menikmati layar monitor komputer yang lentur seperti plastik namun tahan panas seperti gelas. Bahkan tidak menutup kemungkinan nantinya kita akan memakai kacamata yang terbuat dari komposit nata de coco apabila komposit tersebut dikembangkan untuk alat optik.

Lalu bagaimana dengan pengembangan dan pemanfaatannya di Indonesia? Sebenarnya Indonesia dapat dikatakan sangat diuntungkan dengan melimpahnya ketersediaan nata de coco. Produksinya bersifat ramah lingkungan dan menguntungkan banyak rakyat kecil karena bisa dikerjakan dalam skala home industri. Pengembangan teknologi industri berbahan dasar nata de coco di Indonesia bisa jadi memiliki prospek cerah mengingat industri elektronik dan otomotif di Jepang mampu menyerap hasilnya.
Jepang, walaupun tidak memiliki sumber daya alam yang besar seperti Indonesia dan hanya mengimpor nata de coco dari Filipina, namun mampu mengembangkan nata de coco menjadi material yang prospektif dengan kemungkinan aplikasi yang luas. Jika teknologi ini bisa dikembangkan di Indonesia, bukan tidak mungkin Indonesia akan dapat menjadi penyedia komposit ini untuk berbagai aplikasi.

Penulis adalah alumni Kimia IPB yang sekarang menjadi peneliti di Lab. Biokomposit, UPT Biomaterial-LIPI, Cibinong. Saat ini sedang tugas belajar di Lab. of Active Bio-based Materials, RISH, Kyoto University sebagai Doctoral student dengan bidang penelitian: bio-nanocomposite, polylactic acid, microfibrillated cellulose.

LAYAR MONITOR TERBUAT DARI NATA DE COCO

Mungkin sulit dibayangkan jika nata de coco yang biasa kita makan, suatu saat muncul di hadapan kita dalam bentuk layar televisi atau monitor komputer. Tapi para ilmuwan dari Kyoto University telah menemukan bahwa ternyata nata de coco dapat diolah menjadi material baru yang sangat kuat dan tahan panas, tetapi sekaligus lentur, dan mampu men-transmisi-kan cahaya. Salah satu produk yang mungkin dihasilkan dari nata de coco adalah layar monitor. Tidak percaya?
Nata de coco selama ini memang dikenal sebagai makanan yang sangat digemari masyarakat. Selain murah dan gampang dibuatnya, ternyata kandungan seratnya bisa memperlancar saluran pencernaan. Pembuatannya hanya melalui proses fermentasi air kelapa dengan menggunakan bakteri jenis Acetobacter xylinum. Jadi, tidak terbayangkan sebelumnya jika makanan yang begitu sederhana bisa diolah menjadi bahan baku industri yang lain.

Menurut para peneliti dari Lab of Active Bio-based Material-Kyoto University, nata de coco dapat dijadikan komposit yang sangat kuat dengan teknik pengolahan yang cukup sederhana. Lembar nata de coco yang sudah dihilangkan airnya dicelupkan terlebih dahulu ke dalam perekat polifenol formaldehid dengan berat molekul rendah. Setelah melalui proses pengeringan kemudian dipres panas pada suhu 180oC selama 10 menit sehingga akan dihasilkan komposit yang sangat kuat.
Material komposit tersebut mempunyai keteguhan patah (bending strength) 450 MPa, dengan kerapatan 1.4 g/cm3. Kekuatan ini lebih baik bila kita bandingkan dengan kekuatan baja campuran (Mg alloy AZ-91) yang mempunyai keteguhan patah sekitar 370 Mpa (kerapatan 1.8 g/cm3). Bahkan kekuatan komposit tersebut dapat disetarakan dengan kekuatan baja ringan SS400 (kerapatan ‚V.8 g/cm3) yang mempunyai keteguhan patah sekitar 500 MPa.

Komposit nata de coco bisa memiliki kekuatan yang sangat baik karena nata de coco memiliki microfibrils yang seragam dengan ukuran fiber kurang dari 10 nm, lurus serta membentuk jaringan seperti jaring laba-laba. Kekuatan jaringan inilah yang menjadikan komposit nata de coco mendekati kekuatan baja ringan namun dengan kerapatan yang jauh lebih rendah bila dibandingkan baja ringan. Keunggulan tersebut memungkinkan komposit nata de coco untuk dimanfaatkan dalam berbagai aplikasi seperti industri otomotif, elektronik, maupun konstruksi. Selain keunggulannya yang ringan, kuat, murah dan mudah dalam proses pembuatannya, keunggulan lainnya adalah komposit tersebut dibuat dari bahan alami (renewable resources) yang ketersediaannya di alam sangat melimpah.

Tidak hanya sampai di situ, komposit nata de coco bahkan memiliki sifat transmitter cahaya seperti kaca. Berdasarkan penemuan mutakhir dari para peneliti Kyoto University, ukuran fiber dari nata de coco yang berskala nano, memungkinkannya untuk mentransmisikan cahaya tanpa pembelokan. Sifatnya nyaris seperti kaca dengan keunggulan lebih tahan terhadap panas dan memiliki kelenturan seperti plastik. Hal ini menjadikan komposit nata de coco sebagai material impian dengan berbagai keunggulan.

Prinsip pembuatannya cukup sederhana, lapisan nata de coco dihilangkan airnya sehingga berbentuk lembaran seperti kertas. Setelah dikeringkan menggunakan vacuum oven, lembaran tersebut masih belum transparan karena masih mengandung rongga udara, sifat transparan dihasilkan setelah rongga udara diisi oleh senyawa resin yang mempunyai sifat transparan seperti resin akrilik. Selanjutnya dilakukan pematangan dengan menggunakan sinar UV, sehingga dihasilkan lembaran yang transparan.
Dengan berbagai sifat yang unggul seperti transparan, ringan, fleksible dan mudah dibentuk menjadikan komposit berbahan dasar nata de coco mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai layar monitor, kaca jendela mobil ataupun jendela kereta api. Di Jepang sendiri, saat ini pemanfaatan komposit tersebut sedang diaplikasikan dalam skala industri bekerjasama dengan pihak swasta. Diharapkan dalam waktu dekat, kita bisa menikmati layar monitor komputer yang lentur seperti plastik namun tahan panas seperti gelas. Bahkan tidak menutup kemungkinan nantinya kita akan memakai kacamata yang terbuat dari komposit nata de coco apabila komposit tersebut dikembangkan untuk alat optik.

Lalu bagaimana dengan pengembangan dan pemanfaatannya di Indonesia? Sebenarnya Indonesia dapat dikatakan sangat diuntungkan dengan melimpahnya ketersediaan nata de coco. Produksinya bersifat ramah lingkungan dan menguntungkan banyak rakyat kecil karena bisa dikerjakan dalam skala home industri. Pengembangan teknologi industri berbahan dasar nata de coco di Indonesia bisa jadi memiliki prospek cerah mengingat industri elektronik dan otomotif di Jepang mampu menyerap hasilnya.
Jepang, walaupun tidak memiliki sumber daya alam yang besar seperti Indonesia dan hanya mengimpor nata de coco dari Filipina, namun mampu mengembangkan nata de coco menjadi material yang prospektif dengan kemungkinan aplikasi yang luas. Jika teknologi ini bisa dikembangkan di Indonesia, bukan tidak mungkin Indonesia akan dapat menjadi penyedia komposit ini untuk berbagai aplikasi.

Penulis adalah alumni Kimia IPB yang sekarang menjadi peneliti di Lab. Biokomposit, UPT Biomaterial-LIPI, Cibinong. Saat ini sedang tugas belajar di Lab. of Active Bio-based Materials, RISH, Kyoto University sebagai Doctoral student dengan bidang penelitian: bio-nanocomposite, polylactic acid, microfibrillated cellulose.

KEKENYALAN, KEKERASAN BAKTERI NATA DE SOYA

Serat adalah komponen-komponen indigenus , diisolasi khususnya dari tumbuh-tumbuhan yang tahan terhadap alat pencernaan bagian atas (tidak tercerna) dan sebagian besar terdiri dari polisakarida bukan pati, lignin, dan juga senyawa-senyawa pendamping lain seperti protein yang tidak dapat dicerna (7) atau polisakarida intraseluler seperti gum (1) . Sifat fisika dan kemis serat sangat tergantung pada umur, kondisi pertumbuhan serta metode yang digunakan dalam ekstraksi (9) .
Kemampuan serat dalam mengikat air dan mengembang menyebabkan serat sangat berperan bagi kesehatan manusia terutama dalam saluran pencernaan dan proses metabolisme seperti memperlambat absorbsi glukosa pada usus duodenal, jejenum, mencegah kanker usus, dll. Kelebihan tersebut menyebabkan serat penting digunakan dalam pembuatan formula produk-produk neutraceutical seperti dietary supplement .
Sumber serat yang digunakan pada produk-produk tersebut sangat bermacam-macam seperti selulosa, hemiselulosa, pektin (citrus pectin), lignin, gum, mucilage dll. Akhir-akhir ini telah ditemukan sumber serat baru dari bakteri yang mempunyai karakteristik yang unik. Kelebihan serat dari bakteri adalah mempunyai sifat fisika dan kimia yang relatif tetap dan dapat diproduksi dalam jumlah yang besar tanpa tergantung pada musim (9) .
Salah satu serat dari bakteri tersebut adalah nata de soya. Nata de soya merupakan serat yang diproduksi oleh bakteri asam asetat pada substrat air sisa pembuatan tahu atau tempe. Kelebihan serat dari nata de soya dibandingkan dengan serat dari bakteri yang lain adalah selain biaya untuk produksinya rendah, komponen utama serat tersebut adalah selulosa murni sehingga mudah untuk diisolasi. Seperti juga serat-serat selulosa yang lain, serat nata de soya tidak mengandung fitat sehingga cocok untuk digunakan sebagai produk dietary supplement , karena fitat dapat mengganggu proses penyerapan mineral dan vitamin dalam usus. Daya absorbsi nata de soya yang tinggi (98%) dan tidak lengket seperti serat dari bakteri yang lainnya sehingga nata de soya mudah digunakan dalam formulasi. Kelebihan lain dari serat nata adalah dapat diproduksi baik dengan kultur diam maupun kocok tergantung dari sifat serat yang diinginkan.
Untuk memproduksi serat nata de soya dapat dilaksanakan melalui teknologi fermentasi kultur kocok maupun kultur diam dengan menggunakan bakteri Acetobacter pasteurianus . Media yang digunakan adalah air sisa pembuatan tahu atau tempe ditambah dengan Za dan asam cuka,. Nata de soya terbentuk karena sel-sel bakteri menggabungkan molekul-molekul glukosa dengan asam lemak membentuk prekursor pada membran sel. Prekursor ini selanjutnya dikeluarkan dalam bentuk ekskresi dan dengan bantuan enzim mempolimerisasikan glukosa menjadi selulosa diluar sel bakteri (kapsul) (10) . Pembentukan kapsul oleh bakteri biasanya terjadi karena kondisi lingkungan yang ekstrim (2) . Pada proses pembentukan nata de soya sumber karbon yang berlebihan dan keasaman media memungkinkan bakteri Acetobacter pasteurianus untuk membentuk lapisan nata de soya.
Gula Aren

KEKENYALAN, KEKERASAN BAKTERI NATA DE SOYA

Serat adalah komponen-komponen indigenus , diisolasi khususnya dari tumbuh-tumbuhan yang tahan terhadap alat pencernaan bagian atas (tidak tercerna) dan sebagian besar terdiri dari polisakarida bukan pati, lignin, dan juga senyawa-senyawa pendamping lain seperti protein yang tidak dapat dicerna (7) atau polisakarida intraseluler seperti gum (1) . Sifat fisika dan kemis serat sangat tergantung pada umur, kondisi pertumbuhan serta metode yang digunakan dalam ekstraksi (9) .
Kemampuan serat dalam mengikat air dan mengembang menyebabkan serat sangat berperan bagi kesehatan manusia terutama dalam saluran pencernaan dan proses metabolisme seperti memperlambat absorbsi glukosa pada usus duodenal, jejenum, mencegah kanker usus, dll. Kelebihan tersebut menyebabkan serat penting digunakan dalam pembuatan formula produk-produk neutraceutical seperti dietary supplement .
Sumber serat yang digunakan pada produk-produk tersebut sangat bermacam-macam seperti selulosa, hemiselulosa, pektin (citrus pectin), lignin, gum, mucilage dll. Akhir-akhir ini telah ditemukan sumber serat baru dari bakteri yang mempunyai karakteristik yang unik. Kelebihan serat dari bakteri adalah mempunyai sifat fisika dan kimia yang relatif tetap dan dapat diproduksi dalam jumlah yang besar tanpa tergantung pada musim (9) .
Salah satu serat dari bakteri tersebut adalah nata de soya. Nata de soya merupakan serat yang diproduksi oleh bakteri asam asetat pada substrat air sisa pembuatan tahu atau tempe. Kelebihan serat dari nata de soya dibandingkan dengan serat dari bakteri yang lain adalah selain biaya untuk produksinya rendah, komponen utama serat tersebut adalah selulosa murni sehingga mudah untuk diisolasi. Seperti juga serat-serat selulosa yang lain, serat nata de soya tidak mengandung fitat sehingga cocok untuk digunakan sebagai produk dietary supplement , karena fitat dapat mengganggu proses penyerapan mineral dan vitamin dalam usus. Daya absorbsi nata de soya yang tinggi (98%) dan tidak lengket seperti serat dari bakteri yang lainnya sehingga nata de soya mudah digunakan dalam formulasi. Kelebihan lain dari serat nata adalah dapat diproduksi baik dengan kultur diam maupun kocok tergantung dari sifat serat yang diinginkan.
Untuk memproduksi serat nata de soya dapat dilaksanakan melalui teknologi fermentasi kultur kocok maupun kultur diam dengan menggunakan bakteri Acetobacter pasteurianus . Media yang digunakan adalah air sisa pembuatan tahu atau tempe ditambah dengan Za dan asam cuka,. Nata de soya terbentuk karena sel-sel bakteri menggabungkan molekul-molekul glukosa dengan asam lemak membentuk prekursor pada membran sel. Prekursor ini selanjutnya dikeluarkan dalam bentuk ekskresi dan dengan bantuan enzim mempolimerisasikan glukosa menjadi selulosa diluar sel bakteri (kapsul) (10) . Pembentukan kapsul oleh bakteri biasanya terjadi karena kondisi lingkungan yang ekstrim (2) . Pada proses pembentukan nata de soya sumber karbon yang berlebihan dan keasaman media memungkinkan bakteri Acetobacter pasteurianus untuk membentuk lapisan nata de soya.
Gula Aren

KEKENYALAN, KEKERASAN BAKTERI NATA DE SOYA

Serat adalah komponen-komponen indigenus , diisolasi khususnya dari tumbuh-tumbuhan yang tahan terhadap alat pencernaan bagian atas (tidak tercerna) dan sebagian besar terdiri dari polisakarida bukan pati, lignin, dan juga senyawa-senyawa pendamping lain seperti protein yang tidak dapat dicerna (7) atau polisakarida intraseluler seperti gum (1) . Sifat fisika dan kemis serat sangat tergantung pada umur, kondisi pertumbuhan serta metode yang digunakan dalam ekstraksi (9) .
Kemampuan serat dalam mengikat air dan mengembang menyebabkan serat sangat berperan bagi kesehatan manusia terutama dalam saluran pencernaan dan proses metabolisme seperti memperlambat absorbsi glukosa pada usus duodenal, jejenum, mencegah kanker usus, dll. Kelebihan tersebut menyebabkan serat penting digunakan dalam pembuatan formula produk-produk neutraceutical seperti dietary supplement .
Sumber serat yang digunakan pada produk-produk tersebut sangat bermacam-macam seperti selulosa, hemiselulosa, pektin (citrus pectin), lignin, gum, mucilage dll. Akhir-akhir ini telah ditemukan sumber serat baru dari bakteri yang mempunyai karakteristik yang unik. Kelebihan serat dari bakteri adalah mempunyai sifat fisika dan kimia yang relatif tetap dan dapat diproduksi dalam jumlah yang besar tanpa tergantung pada musim (9) .
Salah satu serat dari bakteri tersebut adalah nata de soya. Nata de soya merupakan serat yang diproduksi oleh bakteri asam asetat pada substrat air sisa pembuatan tahu atau tempe. Kelebihan serat dari nata de soya dibandingkan dengan serat dari bakteri yang lain adalah selain biaya untuk produksinya rendah, komponen utama serat tersebut adalah selulosa murni sehingga mudah untuk diisolasi. Seperti juga serat-serat selulosa yang lain, serat nata de soya tidak mengandung fitat sehingga cocok untuk digunakan sebagai produk dietary supplement , karena fitat dapat mengganggu proses penyerapan mineral dan vitamin dalam usus. Daya absorbsi nata de soya yang tinggi (98%) dan tidak lengket seperti serat dari bakteri yang lainnya sehingga nata de soya mudah digunakan dalam formulasi. Kelebihan lain dari serat nata adalah dapat diproduksi baik dengan kultur diam maupun kocok tergantung dari sifat serat yang diinginkan.
Untuk memproduksi serat nata de soya dapat dilaksanakan melalui teknologi fermentasi kultur kocok maupun kultur diam dengan menggunakan bakteri Acetobacter pasteurianus . Media yang digunakan adalah air sisa pembuatan tahu atau tempe ditambah dengan Za dan asam cuka,. Nata de soya terbentuk karena sel-sel bakteri menggabungkan molekul-molekul glukosa dengan asam lemak membentuk prekursor pada membran sel. Prekursor ini selanjutnya dikeluarkan dalam bentuk ekskresi dan dengan bantuan enzim mempolimerisasikan glukosa menjadi selulosa diluar sel bakteri (kapsul) (10) . Pembentukan kapsul oleh bakteri biasanya terjadi karena kondisi lingkungan yang ekstrim (2) . Pada proses pembentukan nata de soya sumber karbon yang berlebihan dan keasaman media memungkinkan bakteri Acetobacter pasteurianus untuk membentuk lapisan nata de soya.
Gula Aren

CARA MEMBUAT NATA DE COCO ALOE VERA

Nata de aloe vera adalah nata yang terbuat dari bahan baku aloe vera (lidah buaya). Cara membuatnya sangat mudah. Daun lidah buaya kita potong sekitar per 10 cm jadi mungkin jadi 5 potong, kemudian kita potong2 lagi 1cm atau 1,5 cm menjadi seperti dadu hal ini untuk memudahkan dalam mengelupas kulit yang berwarna hijau. Hilangkan kulit yang berwarna hijau ini, tinggal daging buah yang bening. Dari potongan memanjang tadi kita potong lagi menjadi kotak-kotak seperti nata de coco. kita cuci berulang-ulang sampai lendirnya habis, sambil diremas-remas, sebaiknya dengan air yang mengalir. Tambahkan garam dalam pencucian, mungkin 2 atau 3 kali saat membilasnya, pengalaman 5 kali sudah bersih.
Kemudian rebuslah,tunggu 15 menit selama mendidih, setelah itu angkat, untuk mengurangi bau dapat ditambahkan daun pandan, 2 atau 3 lembar.

Jika ingin di konsumsi dapat di tambah sirup, es batu atau yang lain sesuai selera. Selamat mencoba, semoga bermafaat.
Kandungan Lidah buaya :
Lidah Buaya (Aloe vera; Latin: Aloe barbadensis Milleer) mengandung asam amino, antrakuinon, enzim, hormon, mineral, asam salisilat, sterol, gula dan vitamin.

Khasiat dan Manfat Lidah buaya :
Dapat menurunkan kadar gula, kolesterol dan asam urat, mencegah ambeien, membantu memperlancar regenerasi sel-sel dalam tubuh kita yg udah usang, bahan kosmetik pelembab kulit, merawat kesuburan dan keindahan rambut dengan menggosokkan langsung pada kulit kepala.
Kirin Aromatheraphy

CARA MEMBUAT NATA DE COCO ALOE VERA

Nata de aloe vera adalah nata yang terbuat dari bahan baku aloe vera (lidah buaya). Cara membuatnya sangat mudah. Daun lidah buaya kita potong sekitar per 10 cm jadi mungkin jadi 5 potong, kemudian kita potong2 lagi 1cm atau 1,5 cm menjadi seperti dadu hal ini untuk memudahkan dalam mengelupas kulit yang berwarna hijau. Hilangkan kulit yang berwarna hijau ini, tinggal daging buah yang bening. Dari potongan memanjang tadi kita potong lagi menjadi kotak-kotak seperti nata de coco. kita cuci berulang-ulang sampai lendirnya habis, sambil diremas-remas, sebaiknya dengan air yang mengalir. Tambahkan garam dalam pencucian, mungkin 2 atau 3 kali saat membilasnya, pengalaman 5 kali sudah bersih.
Kemudian rebuslah,tunggu 15 menit selama mendidih, setelah itu angkat, untuk mengurangi bau dapat ditambahkan daun pandan, 2 atau 3 lembar.

Jika ingin di konsumsi dapat di tambah sirup, es batu atau yang lain sesuai selera. Selamat mencoba, semoga bermafaat.
Kandungan Lidah buaya :
Lidah Buaya (Aloe vera; Latin: Aloe barbadensis Milleer) mengandung asam amino, antrakuinon, enzim, hormon, mineral, asam salisilat, sterol, gula dan vitamin.

Khasiat dan Manfat Lidah buaya :
Dapat menurunkan kadar gula, kolesterol dan asam urat, mencegah ambeien, membantu memperlancar regenerasi sel-sel dalam tubuh kita yg udah usang, bahan kosmetik pelembab kulit, merawat kesuburan dan keindahan rambut dengan menggosokkan langsung pada kulit kepala.
Kirin Aromatheraphy

CARA MEMBUAT NATA DE COCO ALOE VERA

Nata de aloe vera adalah nata yang terbuat dari bahan baku aloe vera (lidah buaya). Cara membuatnya sangat mudah. Daun lidah buaya kita potong sekitar per 10 cm jadi mungkin jadi 5 potong, kemudian kita potong2 lagi 1cm atau 1,5 cm menjadi seperti dadu hal ini untuk memudahkan dalam mengelupas kulit yang berwarna hijau. Hilangkan kulit yang berwarna hijau ini, tinggal daging buah yang bening. Dari potongan memanjang tadi kita potong lagi menjadi kotak-kotak seperti nata de coco. kita cuci berulang-ulang sampai lendirnya habis, sambil diremas-remas, sebaiknya dengan air yang mengalir. Tambahkan garam dalam pencucian, mungkin 2 atau 3 kali saat membilasnya, pengalaman 5 kali sudah bersih.
Kemudian rebuslah,tunggu 15 menit selama mendidih, setelah itu angkat, untuk mengurangi bau dapat ditambahkan daun pandan, 2 atau 3 lembar.

Jika ingin di konsumsi dapat di tambah sirup, es batu atau yang lain sesuai selera. Selamat mencoba, semoga bermafaat.
Kandungan Lidah buaya :
Lidah Buaya (Aloe vera; Latin: Aloe barbadensis Milleer) mengandung asam amino, antrakuinon, enzim, hormon, mineral, asam salisilat, sterol, gula dan vitamin.

Khasiat dan Manfat Lidah buaya :
Dapat menurunkan kadar gula, kolesterol dan asam urat, mencegah ambeien, membantu memperlancar regenerasi sel-sel dalam tubuh kita yg udah usang, bahan kosmetik pelembab kulit, merawat kesuburan dan keindahan rambut dengan menggosokkan langsung pada kulit kepala.
Kirin Aromatheraphy

PILIHAN BARU NATA DE COCO DARI AIR CUCIAN BERAS

Oleh: Bambang Unjianto
NATA merupakan jenis makanan yang dikonsumsi dan digemari masyarakat. Saat ini nata yang paling banyak beredar di pasaran adalah nata yang berbahan baku air kelapa, yang dikenal dengan nata de coco.
Tetapi masyarakat mendapat alternatif baru, yaitu nata yang dibuat dari air cucian beras (leri). Itu hasil penelitian mahasiswa Fakultas MIPA UNY, Rizky Stiyabudi, mahasiswa Jurusan Fisika, Anggiyani Ratnaningtyas, serta mahasiswa Pendidikan Kimia dan Pendidikan Tata Boga Fakultas Teknik UNY, Nuky Hanggara.
Mereka memanfaatkan air cucian beras yang terbuang sia-sia, untuk menjadi bernilai ekonomis dan berpotensi mendatangkan keuntungan.
Menurut Humas FMIPA Deddy Herdito MM, Kamis (2/7), penemuan itu didasari oleh pemikiran bahwa air cucian beras memenuhi syarat untuk pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum, yaitu terdapat kandungan gula dan karbohidrat.
Prinsip utama suatu bahan pangan dapat diolah menjadi nata adalah adanya kandungan karbohidrat yang cukup memadai.
Nata merupakan selulosa yang dibentuk oleh bakteri Acetobacter xylinum.
Serat di dalam nata sangat dibutuhkan dalam proses fisiologi, bahkan dapat membantu penderita diabetes dan memperlancar penyerapan makanan dalam tubuh. Karena itu, produk itu dapat dipakai sebagai sumber makanan berkalori rendah untuk keperluan diet.
Hampir Sama Rasa Dia mengatakan, nata de leri hampir sama bentuk dan rasanya dengan nata de coco yang merupakan hasil pengolahan air kelapa, dan nata de soya hasil pengolahan limbah cair industri tahu. Bentuknya seperti agar-agar, tetapi lebih kenyal dan biasa dipakai sebagai campuran fruit cocktail, ice cream, es teler, dan yogurt.
Sebagai bahan makanan pokok di Indonesia, beras menyumbang sedikitnya 45% protein dalam komposisi gizi masyarakat. Beras memenuhi syarat menjadi makanan pokok, jika dilihat dari zat gizi yang di kandungnya. Karbohidrat adalah komposisi zat gizi yang dominan yang terdapat pada beras dan beberapa makanan pokok lain.
Pada beras pecah kulit, kandungan itu mencapai 76%, sedangkan kandungan proteinnya mencapai 8%. Kebiasaan para ibu rumah tangga mencuci beras dengan tujuan membersihkan beras dari kotoran.
Namun, yang mengejutkan, pencucian tersebut sampai benar-benar bersih. Pencucian itu sampai air cucian beras berwarna putih susu. Itu berarti protein dan vitamin B di dalamnya ikut terkikis.
Dia mengemukakan pula, vitamin B1 atau Thiamin berguna dalam pertumbuhan, juga diperlukan dalam pembakaran karbohidrat untuk mendapat kalori.
Makin banyak kebutuhan kalori, akan makin banyak pula kebutuhan vitamin B1. Vitamin B1 membantu dalam penggunaan zat makanan oleh tubuh dan mengatur pembentukan butir-butir darah.
’’Vitamin B1 juga membantu pencegahan penyakit beri-beri. Thiamin adalah satu vitamin larut air, kehilangan Thiamin selama pengolahan biasanya terjadi pada saat pengolahan beras menjadi nasi,’’ ujarnya.  (66)

PILIHAN BARU NATA DE COCO DARI AIR CUCIAN BERAS

Oleh: Bambang Unjianto
NATA merupakan jenis makanan yang dikonsumsi dan digemari masyarakat. Saat ini nata yang paling banyak beredar di pasaran adalah nata yang berbahan baku air kelapa, yang dikenal dengan nata de coco.
Tetapi masyarakat mendapat alternatif baru, yaitu nata yang dibuat dari air cucian beras (leri). Itu hasil penelitian mahasiswa Fakultas MIPA UNY, Rizky Stiyabudi, mahasiswa Jurusan Fisika, Anggiyani Ratnaningtyas, serta mahasiswa Pendidikan Kimia dan Pendidikan Tata Boga Fakultas Teknik UNY, Nuky Hanggara.
Mereka memanfaatkan air cucian beras yang terbuang sia-sia, untuk menjadi bernilai ekonomis dan berpotensi mendatangkan keuntungan.
Menurut Humas FMIPA Deddy Herdito MM, Kamis (2/7), penemuan itu didasari oleh pemikiran bahwa air cucian beras memenuhi syarat untuk pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum, yaitu terdapat kandungan gula dan karbohidrat.
Prinsip utama suatu bahan pangan dapat diolah menjadi nata adalah adanya kandungan karbohidrat yang cukup memadai.
Nata merupakan selulosa yang dibentuk oleh bakteri Acetobacter xylinum.
Serat di dalam nata sangat dibutuhkan dalam proses fisiologi, bahkan dapat membantu penderita diabetes dan memperlancar penyerapan makanan dalam tubuh. Karena itu, produk itu dapat dipakai sebagai sumber makanan berkalori rendah untuk keperluan diet.
Hampir Sama Rasa Dia mengatakan, nata de leri hampir sama bentuk dan rasanya dengan nata de coco yang merupakan hasil pengolahan air kelapa, dan nata de soya hasil pengolahan limbah cair industri tahu. Bentuknya seperti agar-agar, tetapi lebih kenyal dan biasa dipakai sebagai campuran fruit cocktail, ice cream, es teler, dan yogurt.
Sebagai bahan makanan pokok di Indonesia, beras menyumbang sedikitnya 45% protein dalam komposisi gizi masyarakat. Beras memenuhi syarat menjadi makanan pokok, jika dilihat dari zat gizi yang di kandungnya. Karbohidrat adalah komposisi zat gizi yang dominan yang terdapat pada beras dan beberapa makanan pokok lain.
Pada beras pecah kulit, kandungan itu mencapai 76%, sedangkan kandungan proteinnya mencapai 8%. Kebiasaan para ibu rumah tangga mencuci beras dengan tujuan membersihkan beras dari kotoran.
Namun, yang mengejutkan, pencucian tersebut sampai benar-benar bersih. Pencucian itu sampai air cucian beras berwarna putih susu. Itu berarti protein dan vitamin B di dalamnya ikut terkikis.
Dia mengemukakan pula, vitamin B1 atau Thiamin berguna dalam pertumbuhan, juga diperlukan dalam pembakaran karbohidrat untuk mendapat kalori.
Makin banyak kebutuhan kalori, akan makin banyak pula kebutuhan vitamin B1. Vitamin B1 membantu dalam penggunaan zat makanan oleh tubuh dan mengatur pembentukan butir-butir darah.
’’Vitamin B1 juga membantu pencegahan penyakit beri-beri. Thiamin adalah satu vitamin larut air, kehilangan Thiamin selama pengolahan biasanya terjadi pada saat pengolahan beras menjadi nasi,’’ ujarnya.  (66)

PILIHAN BARU NATA DE COCO DARI AIR CUCIAN BERAS

Oleh: Bambang Unjianto
NATA merupakan jenis makanan yang dikonsumsi dan digemari masyarakat. Saat ini nata yang paling banyak beredar di pasaran adalah nata yang berbahan baku air kelapa, yang dikenal dengan nata de coco.
Tetapi masyarakat mendapat alternatif baru, yaitu nata yang dibuat dari air cucian beras (leri). Itu hasil penelitian mahasiswa Fakultas MIPA UNY, Rizky Stiyabudi, mahasiswa Jurusan Fisika, Anggiyani Ratnaningtyas, serta mahasiswa Pendidikan Kimia dan Pendidikan Tata Boga Fakultas Teknik UNY, Nuky Hanggara.
Mereka memanfaatkan air cucian beras yang terbuang sia-sia, untuk menjadi bernilai ekonomis dan berpotensi mendatangkan keuntungan.
Menurut Humas FMIPA Deddy Herdito MM, Kamis (2/7), penemuan itu didasari oleh pemikiran bahwa air cucian beras memenuhi syarat untuk pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum, yaitu terdapat kandungan gula dan karbohidrat.
Prinsip utama suatu bahan pangan dapat diolah menjadi nata adalah adanya kandungan karbohidrat yang cukup memadai.
Nata merupakan selulosa yang dibentuk oleh bakteri Acetobacter xylinum.
Serat di dalam nata sangat dibutuhkan dalam proses fisiologi, bahkan dapat membantu penderita diabetes dan memperlancar penyerapan makanan dalam tubuh. Karena itu, produk itu dapat dipakai sebagai sumber makanan berkalori rendah untuk keperluan diet.
Hampir Sama Rasa Dia mengatakan, nata de leri hampir sama bentuk dan rasanya dengan nata de coco yang merupakan hasil pengolahan air kelapa, dan nata de soya hasil pengolahan limbah cair industri tahu. Bentuknya seperti agar-agar, tetapi lebih kenyal dan biasa dipakai sebagai campuran fruit cocktail, ice cream, es teler, dan yogurt.
Sebagai bahan makanan pokok di Indonesia, beras menyumbang sedikitnya 45% protein dalam komposisi gizi masyarakat. Beras memenuhi syarat menjadi makanan pokok, jika dilihat dari zat gizi yang di kandungnya. Karbohidrat adalah komposisi zat gizi yang dominan yang terdapat pada beras dan beberapa makanan pokok lain.
Pada beras pecah kulit, kandungan itu mencapai 76%, sedangkan kandungan proteinnya mencapai 8%. Kebiasaan para ibu rumah tangga mencuci beras dengan tujuan membersihkan beras dari kotoran.
Namun, yang mengejutkan, pencucian tersebut sampai benar-benar bersih. Pencucian itu sampai air cucian beras berwarna putih susu. Itu berarti protein dan vitamin B di dalamnya ikut terkikis.
Dia mengemukakan pula, vitamin B1 atau Thiamin berguna dalam pertumbuhan, juga diperlukan dalam pembakaran karbohidrat untuk mendapat kalori.
Makin banyak kebutuhan kalori, akan makin banyak pula kebutuhan vitamin B1. Vitamin B1 membantu dalam penggunaan zat makanan oleh tubuh dan mengatur pembentukan butir-butir darah.
’’Vitamin B1 juga membantu pencegahan penyakit beri-beri. Thiamin adalah satu vitamin larut air, kehilangan Thiamin selama pengolahan biasanya terjadi pada saat pengolahan beras menjadi nasi,’’ ujarnya.  (66)

NATA DE TOMATO

gambar tomatBuah tomat merupakan buah yang tidak tahan lama (mudah busuk) sehingga perlu alternatif lain dalam pemanfaatannya. Alternatif tersebut adalah menjadi produk makanan melalui proses fermentasi menggunakan bakteri Acetobacter Xylinum yang disebut nata. Pembuatan nata dengan bahan baku buah tomat, maka hasil fermentasinya disebut nata de tomato. Hal ini dikarenakan tomat memiliki karbohidrat sebagai substrat pembentuk nata. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui variabel yang berpengaruh dan menentukan kondisi optimum pada proses pembuatan nata de tomato dari buah tomat secara fermentasi. Metode penelitian yang digunakan adalah factorial design dengan 3 variabel dan 2 level. Dalam penelitian ini digunakan variabel tetap yaitu volum media 650 ml , suhu fermentasi 30 ºC dan konsentrasi starter ( 10% dari media fermentasi). Sedangkan variabel berubahnya yaitu konsentrasi gula ( 5 % dan 8 % ), tingkat keasaman (3 dan 5) dan waktu fermentasi ( 12 dan 14 hari ). Respon yang diamati adalah besarnya yield dari setiap variabel. Dari hasil penelitian diperoleh data variabel yang berpengaruh adalah konsentrasi gula, tingkat keasaman dan waktu fermentasi. Kondisi optimal pada konsentrasi gula 5 %, pH 3 dan lama fermentasi 14 hari dengan yield sebesar 60,18 %. Sedangkan uji kimia diperoleh hasil berupa kadar karbohidrat 7,25 % ; kadar protein 0,11 % ; kadar sukrosa 1,96 % dan kadar air 97,20 %.

NATA DE TOMATO

gambar tomatBuah tomat merupakan buah yang tidak tahan lama (mudah busuk) sehingga perlu alternatif lain dalam pemanfaatannya. Alternatif tersebut adalah menjadi produk makanan melalui proses fermentasi menggunakan bakteri Acetobacter Xylinum yang disebut nata. Pembuatan nata dengan bahan baku buah tomat, maka hasil fermentasinya disebut nata de tomato. Hal ini dikarenakan tomat memiliki karbohidrat sebagai substrat pembentuk nata. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui variabel yang berpengaruh dan menentukan kondisi optimum pada proses pembuatan nata de tomato dari buah tomat secara fermentasi. Metode penelitian yang digunakan adalah factorial design dengan 3 variabel dan 2 level. Dalam penelitian ini digunakan variabel tetap yaitu volum media 650 ml , suhu fermentasi 30 ºC dan konsentrasi starter ( 10% dari media fermentasi). Sedangkan variabel berubahnya yaitu konsentrasi gula ( 5 % dan 8 % ), tingkat keasaman (3 dan 5) dan waktu fermentasi ( 12 dan 14 hari ). Respon yang diamati adalah besarnya yield dari setiap variabel. Dari hasil penelitian diperoleh data variabel yang berpengaruh adalah konsentrasi gula, tingkat keasaman dan waktu fermentasi. Kondisi optimal pada konsentrasi gula 5 %, pH 3 dan lama fermentasi 14 hari dengan yield sebesar 60,18 %. Sedangkan uji kimia diperoleh hasil berupa kadar karbohidrat 7,25 % ; kadar protein 0,11 % ; kadar sukrosa 1,96 % dan kadar air 97,20 %.

NATA DE TOMATO

gambar tomatBuah tomat merupakan buah yang tidak tahan lama (mudah busuk) sehingga perlu alternatif lain dalam pemanfaatannya. Alternatif tersebut adalah menjadi produk makanan melalui proses fermentasi menggunakan bakteri Acetobacter Xylinum yang disebut nata. Pembuatan nata dengan bahan baku buah tomat, maka hasil fermentasinya disebut nata de tomato. Hal ini dikarenakan tomat memiliki karbohidrat sebagai substrat pembentuk nata. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui variabel yang berpengaruh dan menentukan kondisi optimum pada proses pembuatan nata de tomato dari buah tomat secara fermentasi. Metode penelitian yang digunakan adalah factorial design dengan 3 variabel dan 2 level. Dalam penelitian ini digunakan variabel tetap yaitu volum media 650 ml , suhu fermentasi 30 ºC dan konsentrasi starter ( 10% dari media fermentasi). Sedangkan variabel berubahnya yaitu konsentrasi gula ( 5 % dan 8 % ), tingkat keasaman (3 dan 5) dan waktu fermentasi ( 12 dan 14 hari ). Respon yang diamati adalah besarnya yield dari setiap variabel. Dari hasil penelitian diperoleh data variabel yang berpengaruh adalah konsentrasi gula, tingkat keasaman dan waktu fermentasi. Kondisi optimal pada konsentrasi gula 5 %, pH 3 dan lama fermentasi 14 hari dengan yield sebesar 60,18 %. Sedangkan uji kimia diperoleh hasil berupa kadar karbohidrat 7,25 % ; kadar protein 0,11 % ; kadar sukrosa 1,96 % dan kadar air 97,20 %.

NATA DE MELO

buah melon
Nata de Coco, mungkin sudah tak asing didengar. Nata de Cassava, rasanya baru saja muncul dan terdengar. Lalu, apa lagi Nata de Melo ini?
Nata de Melo adalah nata yang berbahan dasar sari melon, yang diproses secara alami dengan bakteri Acetobacter xylinum yang ditumbuhkan dan dikembangkan sendiri dengan bahan alami.
Bayu Prasetyo dan Agustian Putra, siswa kelas III SMP IPIEMS Surabaya yang juga anggota Kelompok Ilmiah Remaja, menumbuhkan bakteri Acetobacter xylinum dari kecambah dan nanas.

Adapun caranya adalah dengan menggunakan daging nanas yang diblender. Sebanyak enam sendok makan ampas nanas dicampur dengan tiga sendok makan gula dan satu sendok makan sari nanas. Sebagai penyedia nitrogen, ditambahkan pula 100 gram kecambah yang sudah dihaluskan dengan blender.
Campuran ini ditempatkan dalam wadah bertutup kawat kasa yang sudah disterilkan. Setelah dua minggu, bakteri yang tampak putih-putih di kasa dikembangkan dengan campuran air kelapa yang sudah direbus, cuka, dan gula.
Setelah bakteri ini siap, setengah buah melon (Cucumis melo) dihancurkan dengan blender menjadi 240 ml sari melon. Dengan tambahan 50 ml bakteri Acetobacter xylinum, 20 ml cuka 25 persen, dan 2-3 sendok makan gula, campuran ditempatkan dalam wadah bertutup tisu roti dan diikat.
Campuran kemudian ditempatkan dalam lemari sehingga tidak terkena cahaya dan dibiarkan 12-13 hari. Saat itu sudah terbentuk lapisan nata de melo yang siap dicuci dan direndam dengan air panas. Setelah dibersihkan, nata de melo sebesar sekitar 75 gram itu dipotong-potong dan disajikan sesuai selera.
Menurut Bayu (14), bakteri Acetobacter xylinum bisa juga ditumbuhkan dengan daging dan kulit nanas. Namun, kata Bayu yang bercita-cita menjadi peneliti, rasa nata de melo lebih kenyal, empuk, dan manis jika bakteri ditumbuhkan dengan ampas daging buah nanas tanpa kulit nanas. Adapun nanas dipilih sebagai media pertumbuhan bakteri  karena umumnya Acetobacter xylinum bisa berkembang di buah berkandungan asam.
Dari percobaan, anggota KIR SMP IPIEMS dengan pembimbing Ismukaca itu menguji kandungan vitamin nata de melo ke laboratorium. Hasilnya, nata de melo mengandung serat kasar 1,22 persen dari 100 gramnya. Selain itu, terdapat vitamin A 215 SI, vitamin B 0,03 mg per 100 gram, dan vitamin C 3,2 mg per 100 gram nata de melo.
Selain kandungan asam amino yang cukup tinggi, menurut Ismukaca, pengembangbiakan Acetobacter xylinum sangat alami ketimbang membeli di pasaran. Umumnya, Acetobacter xylinum yang dijual di pasaran dikembangkan dengan pupuk ZA sebagai penyedia nitrogen.
Acetobacter xylinum yang diproduksi sendiri ini juga mempercepat proses pembentukan nata. Selisih waktunya 3-4 hari dan ketebalannya lebih baik. Nata de melo bisa dipanen setelah 12 hari. Adapun nata de coco dengan bakteri yang dibeli di pasaran memerlukan sekitar 16 hari.
Hasil percobaan ini akan dipaparkan dalam Final Lomba Penelitian Ilmiah Remaja di Yogyakarta, 27 September sampai 2 Oktober 2010. Bayu dan Agus menjadi satu-satunya tim yang mewakili Surabaya dan menjadi satu dari 11 tim yang dikirimkan dari Jawa Timur untuk tingkat SMP.
Sebelumnya, berbagai kalangan pernah membuat pula beragam jenis nata. Ada yang membuatnya dari ubi kayu (nata de cassava), nanas (nata de pina), ubi jalar, atau jagung. Namun, pembuatan nata dari melon belum ditemukan referensinya sehingga pembelajaran dilakukan menggunakan prinsip pembuatan nata de coco.
Percobaan membuat nata de melo tentu saja tidak serta-merta berhasil. Pada percobaan pertama, bakteri tidak terbentuk karena wadah dan kasa tidak steril. Akibatnya, bukan bakteri yang dihasilkan, melainkan belatung. Pada usaha kedua, perbandingan ampas nanas lebih sedikit, hanya 4 sdm dan gula hanya 2 sdm. Pada percobaan ketiga, jumlah ampas nanas ditambah menjadi 6 sdm dan gula menjadi 3 sdm dan hasilnya lebih baik.
Nata de melo dengan bakteri yang dikembangbiakkan alami ini berbiaya relatif murah. Menurut Ismukaca, pembuatan bakteri sampai menjadi 75 gram nata de melo hanya menghabiskan biaya Rp 40.000.
Kendati nata de melo sudah berhasil dibuat, tentu saja pengembangan selanjutnya, seperti produksi, pengemasan, dan pengukuran kandungannya, perlu dilakukan secara lebih akurat lagi. Setidaknya dua anak remaja tersebut telah berhasil membuka pintu pengetahuan dengan semangat kewirausahaan yang mereka miliki.

NATA DE MELO

buah melon
Nata de Coco, mungkin sudah tak asing didengar. Nata de Cassava, rasanya baru saja muncul dan terdengar. Lalu, apa lagi Nata de Melo ini?
Nata de Melo adalah nata yang berbahan dasar sari melon, yang diproses secara alami dengan bakteri Acetobacter xylinum yang ditumbuhkan dan dikembangkan sendiri dengan bahan alami.
Bayu Prasetyo dan Agustian Putra, siswa kelas III SMP IPIEMS Surabaya yang juga anggota Kelompok Ilmiah Remaja, menumbuhkan bakteri Acetobacter xylinum dari kecambah dan nanas.

Adapun caranya adalah dengan menggunakan daging nanas yang diblender. Sebanyak enam sendok makan ampas nanas dicampur dengan tiga sendok makan gula dan satu sendok makan sari nanas. Sebagai penyedia nitrogen, ditambahkan pula 100 gram kecambah yang sudah dihaluskan dengan blender.
Campuran ini ditempatkan dalam wadah bertutup kawat kasa yang sudah disterilkan. Setelah dua minggu, bakteri yang tampak putih-putih di kasa dikembangkan dengan campuran air kelapa yang sudah direbus, cuka, dan gula.
Setelah bakteri ini siap, setengah buah melon (Cucumis melo) dihancurkan dengan blender menjadi 240 ml sari melon. Dengan tambahan 50 ml bakteri Acetobacter xylinum, 20 ml cuka 25 persen, dan 2-3 sendok makan gula, campuran ditempatkan dalam wadah bertutup tisu roti dan diikat.
Campuran kemudian ditempatkan dalam lemari sehingga tidak terkena cahaya dan dibiarkan 12-13 hari. Saat itu sudah terbentuk lapisan nata de melo yang siap dicuci dan direndam dengan air panas. Setelah dibersihkan, nata de melo sebesar sekitar 75 gram itu dipotong-potong dan disajikan sesuai selera.
Menurut Bayu (14), bakteri Acetobacter xylinum bisa juga ditumbuhkan dengan daging dan kulit nanas. Namun, kata Bayu yang bercita-cita menjadi peneliti, rasa nata de melo lebih kenyal, empuk, dan manis jika bakteri ditumbuhkan dengan ampas daging buah nanas tanpa kulit nanas. Adapun nanas dipilih sebagai media pertumbuhan bakteri  karena umumnya Acetobacter xylinum bisa berkembang di buah berkandungan asam.
Dari percobaan, anggota KIR SMP IPIEMS dengan pembimbing Ismukaca itu menguji kandungan vitamin nata de melo ke laboratorium. Hasilnya, nata de melo mengandung serat kasar 1,22 persen dari 100 gramnya. Selain itu, terdapat vitamin A 215 SI, vitamin B 0,03 mg per 100 gram, dan vitamin C 3,2 mg per 100 gram nata de melo.
Selain kandungan asam amino yang cukup tinggi, menurut Ismukaca, pengembangbiakan Acetobacter xylinum sangat alami ketimbang membeli di pasaran. Umumnya, Acetobacter xylinum yang dijual di pasaran dikembangkan dengan pupuk ZA sebagai penyedia nitrogen.
Acetobacter xylinum yang diproduksi sendiri ini juga mempercepat proses pembentukan nata. Selisih waktunya 3-4 hari dan ketebalannya lebih baik. Nata de melo bisa dipanen setelah 12 hari. Adapun nata de coco dengan bakteri yang dibeli di pasaran memerlukan sekitar 16 hari.
Hasil percobaan ini akan dipaparkan dalam Final Lomba Penelitian Ilmiah Remaja di Yogyakarta, 27 September sampai 2 Oktober 2010. Bayu dan Agus menjadi satu-satunya tim yang mewakili Surabaya dan menjadi satu dari 11 tim yang dikirimkan dari Jawa Timur untuk tingkat SMP.
Sebelumnya, berbagai kalangan pernah membuat pula beragam jenis nata. Ada yang membuatnya dari ubi kayu (nata de cassava), nanas (nata de pina), ubi jalar, atau jagung. Namun, pembuatan nata dari melon belum ditemukan referensinya sehingga pembelajaran dilakukan menggunakan prinsip pembuatan nata de coco.
Percobaan membuat nata de melo tentu saja tidak serta-merta berhasil. Pada percobaan pertama, bakteri tidak terbentuk karena wadah dan kasa tidak steril. Akibatnya, bukan bakteri yang dihasilkan, melainkan belatung. Pada usaha kedua, perbandingan ampas nanas lebih sedikit, hanya 4 sdm dan gula hanya 2 sdm. Pada percobaan ketiga, jumlah ampas nanas ditambah menjadi 6 sdm dan gula menjadi 3 sdm dan hasilnya lebih baik.
Nata de melo dengan bakteri yang dikembangbiakkan alami ini berbiaya relatif murah. Menurut Ismukaca, pembuatan bakteri sampai menjadi 75 gram nata de melo hanya menghabiskan biaya Rp 40.000.
Kendati nata de melo sudah berhasil dibuat, tentu saja pengembangan selanjutnya, seperti produksi, pengemasan, dan pengukuran kandungannya, perlu dilakukan secara lebih akurat lagi. Setidaknya dua anak remaja tersebut telah berhasil membuka pintu pengetahuan dengan semangat kewirausahaan yang mereka miliki.

NATA DE MELO

buah melon
Nata de Coco, mungkin sudah tak asing didengar. Nata de Cassava, rasanya baru saja muncul dan terdengar. Lalu, apa lagi Nata de Melo ini?
Nata de Melo adalah nata yang berbahan dasar sari melon, yang diproses secara alami dengan bakteri Acetobacter xylinum yang ditumbuhkan dan dikembangkan sendiri dengan bahan alami.
Bayu Prasetyo dan Agustian Putra, siswa kelas III SMP IPIEMS Surabaya yang juga anggota Kelompok Ilmiah Remaja, menumbuhkan bakteri Acetobacter xylinum dari kecambah dan nanas.

Adapun caranya adalah dengan menggunakan daging nanas yang diblender. Sebanyak enam sendok makan ampas nanas dicampur dengan tiga sendok makan gula dan satu sendok makan sari nanas. Sebagai penyedia nitrogen, ditambahkan pula 100 gram kecambah yang sudah dihaluskan dengan blender.
Campuran ini ditempatkan dalam wadah bertutup kawat kasa yang sudah disterilkan. Setelah dua minggu, bakteri yang tampak putih-putih di kasa dikembangkan dengan campuran air kelapa yang sudah direbus, cuka, dan gula.
Setelah bakteri ini siap, setengah buah melon (Cucumis melo) dihancurkan dengan blender menjadi 240 ml sari melon. Dengan tambahan 50 ml bakteri Acetobacter xylinum, 20 ml cuka 25 persen, dan 2-3 sendok makan gula, campuran ditempatkan dalam wadah bertutup tisu roti dan diikat.
Campuran kemudian ditempatkan dalam lemari sehingga tidak terkena cahaya dan dibiarkan 12-13 hari. Saat itu sudah terbentuk lapisan nata de melo yang siap dicuci dan direndam dengan air panas. Setelah dibersihkan, nata de melo sebesar sekitar 75 gram itu dipotong-potong dan disajikan sesuai selera.
Menurut Bayu (14), bakteri Acetobacter xylinum bisa juga ditumbuhkan dengan daging dan kulit nanas. Namun, kata Bayu yang bercita-cita menjadi peneliti, rasa nata de melo lebih kenyal, empuk, dan manis jika bakteri ditumbuhkan dengan ampas daging buah nanas tanpa kulit nanas. Adapun nanas dipilih sebagai media pertumbuhan bakteri  karena umumnya Acetobacter xylinum bisa berkembang di buah berkandungan asam.
Dari percobaan, anggota KIR SMP IPIEMS dengan pembimbing Ismukaca itu menguji kandungan vitamin nata de melo ke laboratorium. Hasilnya, nata de melo mengandung serat kasar 1,22 persen dari 100 gramnya. Selain itu, terdapat vitamin A 215 SI, vitamin B 0,03 mg per 100 gram, dan vitamin C 3,2 mg per 100 gram nata de melo.
Selain kandungan asam amino yang cukup tinggi, menurut Ismukaca, pengembangbiakan Acetobacter xylinum sangat alami ketimbang membeli di pasaran. Umumnya, Acetobacter xylinum yang dijual di pasaran dikembangkan dengan pupuk ZA sebagai penyedia nitrogen.
Acetobacter xylinum yang diproduksi sendiri ini juga mempercepat proses pembentukan nata. Selisih waktunya 3-4 hari dan ketebalannya lebih baik. Nata de melo bisa dipanen setelah 12 hari. Adapun nata de coco dengan bakteri yang dibeli di pasaran memerlukan sekitar 16 hari.
Hasil percobaan ini akan dipaparkan dalam Final Lomba Penelitian Ilmiah Remaja di Yogyakarta, 27 September sampai 2 Oktober 2010. Bayu dan Agus menjadi satu-satunya tim yang mewakili Surabaya dan menjadi satu dari 11 tim yang dikirimkan dari Jawa Timur untuk tingkat SMP.
Sebelumnya, berbagai kalangan pernah membuat pula beragam jenis nata. Ada yang membuatnya dari ubi kayu (nata de cassava), nanas (nata de pina), ubi jalar, atau jagung. Namun, pembuatan nata dari melon belum ditemukan referensinya sehingga pembelajaran dilakukan menggunakan prinsip pembuatan nata de coco.
Percobaan membuat nata de melo tentu saja tidak serta-merta berhasil. Pada percobaan pertama, bakteri tidak terbentuk karena wadah dan kasa tidak steril. Akibatnya, bukan bakteri yang dihasilkan, melainkan belatung. Pada usaha kedua, perbandingan ampas nanas lebih sedikit, hanya 4 sdm dan gula hanya 2 sdm. Pada percobaan ketiga, jumlah ampas nanas ditambah menjadi 6 sdm dan gula menjadi 3 sdm dan hasilnya lebih baik.
Nata de melo dengan bakteri yang dikembangbiakkan alami ini berbiaya relatif murah. Menurut Ismukaca, pembuatan bakteri sampai menjadi 75 gram nata de melo hanya menghabiskan biaya Rp 40.000.
Kendati nata de melo sudah berhasil dibuat, tentu saja pengembangan selanjutnya, seperti produksi, pengemasan, dan pengukuran kandungannya, perlu dilakukan secara lebih akurat lagi. Setidaknya dua anak remaja tersebut telah berhasil membuka pintu pengetahuan dengan semangat kewirausahaan yang mereka miliki.

NATA DE PINA (NATA DE COCO DARI NANAS)

buah nanasNata merupakan selulosa yang dibentuk oleh bakteri Acetobacter xylinum, berkalori rendah, kadar serat 2,5 %, dan memiliki kadar air 98 %. Serat yang ada dalam nata tersebut sangat penting dalam proses fisiologis, bahkan dapat membantu para penderita diabetes dan memperlancar pencernaan makanan atau dalam saluran pencernaan. Oleh karena itu dapat dipakai sebagai sumber makanan.

Nata de pina
Kalori rendah dan untuk keperluan diet, bahan baku yang sudah umum digunakan sebagai media untuk membuat nata adalah air kelapa, yang produknya dikenal dengan nama nata de coco. Nata juga dapat dibuat dengan bahan-bahan media lainnya yang cukup mengandung gula. Gula yang terkandung dalam bahan tersebut dapat dimanfaatkan oleh A. Xylinum untuk membentuk nata.
Bahan-bahan yang bisa digunakan sebagai media tersebut antara lain adalah kedelai (nata de soya), tomat (nata de tomato) dan nanas (nata de pina) . Pada prinsipnya medium nata adalah cairan yang mengandung gula, oleh karena itu limbah buah-buahan , termasuk limbah nenas juga bisa digunakan sebagai medium nata depina. Selain buahnya, limbah nanas juga dapat dipakai sebagai bahan baku nata de pina.

a. Bahan
  • Gula pasir
  • Asam cuka
  • Cairan bibit atau kultur murni nata (dapat diperoleh dari kultur ampas nanas)
  • Sebagai alternatif bisa ditambahkan Amonium Phospat, (sumber nitrogen).
b. Alat
  • Pisau
  • Telenan
  • Panci
  • Blender/pemarut
  • Kompor
  • Kain saring
  • Pengaduk
  • Nampan
c. Cara Pembuatan nata de pina :
  • Bahan yang digunakan adalah buah atau limbah nanas yang berupa kulit, empulur dan mata nanas serta buah nanas masak optimum. Buah nanas dikupas dan dibersihkan mata serta empulurnya kemudian dicuci.
  • Bahan dihancurkan dengan blender dan dimasak sampai mendidih kemudian disaring
  • Hasil saringan ditambah gula 10 gram per liter dan sebagai alternatif bisa ditambahkan Ammonium Phospat 10 gram per 5 liter untuk memperkaya kandungan nitrogen dalam media, kemudian dididihkan lagi.
  • Setelah mendidih biarkan 10 menit dan ditambah asam cuka sebanyak 30 ml per liter atau sampai pH 4,5 kemudian dimasukkan ke dalam nampan plastik yang sudah distrilkan dengan cara dijemur atau dicuci dengan alkohol dan ditutup dengan kertas koran yang sudah disterilkan dengan cara diseterika atau dioven dan diikat sampai rapat. Untuk starter / bibit nata dimasukkan ke dalam botol yang sudah disterilkan.
  • Setelah dingin atau 7 – 8 jam, cairan stater dimasukkan ke dalam nampan atau botol sebanyak 20 % dan ditutup kembali.
  • Biarkan selama 7 – 10 hari (fermentasi), setelah terjadi penggumpalan dinamakan pelikel dipotong-potong kecil, ditiriskan dan direndam dalam selama 2 – 3 hari untuk menghilangkan asamnya. Selama perendaman air sering diganti.
  • Potongan pelikel (nata) direbus selama 30 menit lalu ditiriskan.

NATA DE PINA (NATA DE COCO DARI NANAS)

buah nanasNata merupakan selulosa yang dibentuk oleh bakteri Acetobacter xylinum, berkalori rendah, kadar serat 2,5 %, dan memiliki kadar air 98 %. Serat yang ada dalam nata tersebut sangat penting dalam proses fisiologis, bahkan dapat membantu para penderita diabetes dan memperlancar pencernaan makanan atau dalam saluran pencernaan. Oleh karena itu dapat dipakai sebagai sumber makanan.

Nata de pina
Kalori rendah dan untuk keperluan diet, bahan baku yang sudah umum digunakan sebagai media untuk membuat nata adalah air kelapa, yang produknya dikenal dengan nama nata de coco. Nata juga dapat dibuat dengan bahan-bahan media lainnya yang cukup mengandung gula. Gula yang terkandung dalam bahan tersebut dapat dimanfaatkan oleh A. Xylinum untuk membentuk nata.
Bahan-bahan yang bisa digunakan sebagai media tersebut antara lain adalah kedelai (nata de soya), tomat (nata de tomato) dan nanas (nata de pina) . Pada prinsipnya medium nata adalah cairan yang mengandung gula, oleh karena itu limbah buah-buahan , termasuk limbah nenas juga bisa digunakan sebagai medium nata depina. Selain buahnya, limbah nanas juga dapat dipakai sebagai bahan baku nata de pina.

a. Bahan
  • Gula pasir
  • Asam cuka
  • Cairan bibit atau kultur murni nata (dapat diperoleh dari kultur ampas nanas)
  • Sebagai alternatif bisa ditambahkan Amonium Phospat, (sumber nitrogen).
b. Alat
  • Pisau
  • Telenan
  • Panci
  • Blender/pemarut
  • Kompor
  • Kain saring
  • Pengaduk
  • Nampan
c. Cara Pembuatan nata de pina :
  • Bahan yang digunakan adalah buah atau limbah nanas yang berupa kulit, empulur dan mata nanas serta buah nanas masak optimum. Buah nanas dikupas dan dibersihkan mata serta empulurnya kemudian dicuci.
  • Bahan dihancurkan dengan blender dan dimasak sampai mendidih kemudian disaring
  • Hasil saringan ditambah gula 10 gram per liter dan sebagai alternatif bisa ditambahkan Ammonium Phospat 10 gram per 5 liter untuk memperkaya kandungan nitrogen dalam media, kemudian dididihkan lagi.
  • Setelah mendidih biarkan 10 menit dan ditambah asam cuka sebanyak 30 ml per liter atau sampai pH 4,5 kemudian dimasukkan ke dalam nampan plastik yang sudah distrilkan dengan cara dijemur atau dicuci dengan alkohol dan ditutup dengan kertas koran yang sudah disterilkan dengan cara diseterika atau dioven dan diikat sampai rapat. Untuk starter / bibit nata dimasukkan ke dalam botol yang sudah disterilkan.
  • Setelah dingin atau 7 – 8 jam, cairan stater dimasukkan ke dalam nampan atau botol sebanyak 20 % dan ditutup kembali.
  • Biarkan selama 7 – 10 hari (fermentasi), setelah terjadi penggumpalan dinamakan pelikel dipotong-potong kecil, ditiriskan dan direndam dalam selama 2 – 3 hari untuk menghilangkan asamnya. Selama perendaman air sering diganti.
  • Potongan pelikel (nata) direbus selama 30 menit lalu ditiriskan.

NATA DE PINA (NATA DE COCO DARI NANAS)

buah nanasNata merupakan selulosa yang dibentuk oleh bakteri Acetobacter xylinum, berkalori rendah, kadar serat 2,5 %, dan memiliki kadar air 98 %. Serat yang ada dalam nata tersebut sangat penting dalam proses fisiologis, bahkan dapat membantu para penderita diabetes dan memperlancar pencernaan makanan atau dalam saluran pencernaan. Oleh karena itu dapat dipakai sebagai sumber makanan.

Nata de pina
Kalori rendah dan untuk keperluan diet, bahan baku yang sudah umum digunakan sebagai media untuk membuat nata adalah air kelapa, yang produknya dikenal dengan nama nata de coco. Nata juga dapat dibuat dengan bahan-bahan media lainnya yang cukup mengandung gula. Gula yang terkandung dalam bahan tersebut dapat dimanfaatkan oleh A. Xylinum untuk membentuk nata.
Bahan-bahan yang bisa digunakan sebagai media tersebut antara lain adalah kedelai (nata de soya), tomat (nata de tomato) dan nanas (nata de pina) . Pada prinsipnya medium nata adalah cairan yang mengandung gula, oleh karena itu limbah buah-buahan , termasuk limbah nenas juga bisa digunakan sebagai medium nata depina. Selain buahnya, limbah nanas juga dapat dipakai sebagai bahan baku nata de pina.

a. Bahan
  • Gula pasir
  • Asam cuka
  • Cairan bibit atau kultur murni nata (dapat diperoleh dari kultur ampas nanas)
  • Sebagai alternatif bisa ditambahkan Amonium Phospat, (sumber nitrogen).
b. Alat
  • Pisau
  • Telenan
  • Panci
  • Blender/pemarut
  • Kompor
  • Kain saring
  • Pengaduk
  • Nampan
c. Cara Pembuatan nata de pina :
  • Bahan yang digunakan adalah buah atau limbah nanas yang berupa kulit, empulur dan mata nanas serta buah nanas masak optimum. Buah nanas dikupas dan dibersihkan mata serta empulurnya kemudian dicuci.
  • Bahan dihancurkan dengan blender dan dimasak sampai mendidih kemudian disaring
  • Hasil saringan ditambah gula 10 gram per liter dan sebagai alternatif bisa ditambahkan Ammonium Phospat 10 gram per 5 liter untuk memperkaya kandungan nitrogen dalam media, kemudian dididihkan lagi.
  • Setelah mendidih biarkan 10 menit dan ditambah asam cuka sebanyak 30 ml per liter atau sampai pH 4,5 kemudian dimasukkan ke dalam nampan plastik yang sudah distrilkan dengan cara dijemur atau dicuci dengan alkohol dan ditutup dengan kertas koran yang sudah disterilkan dengan cara diseterika atau dioven dan diikat sampai rapat. Untuk starter / bibit nata dimasukkan ke dalam botol yang sudah disterilkan.
  • Setelah dingin atau 7 – 8 jam, cairan stater dimasukkan ke dalam nampan atau botol sebanyak 20 % dan ditutup kembali.
  • Biarkan selama 7 – 10 hari (fermentasi), setelah terjadi penggumpalan dinamakan pelikel dipotong-potong kecil, ditiriskan dan direndam dalam selama 2 – 3 hari untuk menghilangkan asamnya. Selama perendaman air sering diganti.
  • Potongan pelikel (nata) direbus selama 30 menit lalu ditiriskan.

INOVASI NATA DE CASAVA

Nata de Cassava merupakan terobosan inovasi baru produk makanan berserat yang sangat layak masuk dalam persaingan industri makanan di Indonesia. Produk nata yang mendominasi pasar nata selama ini yaitu nata de coco. Saat ini industri nata de coco mempunyai permasalahan dalam keterbatasan bahan bakunya berupa air kelapa. Hal ini menyebabkan permintaan pasar yang tinggi akan nata tidak dapat terpenuhi. Ini merupakan suatu peluang  yang terbuka lebar bagi perusahaan pengembang produk nata de cassava untuk memenuhi permintaan pasar nata bahkan untuk menggantikan posisi  nata de coco dalam pasar nata di Indonesia.
Dengan bahan baku yang berasal dari limbah tapioka, nata de cassava akan muncul menjadi produk yang kokoh karena bahan bakunya berasal dari cassava, yang mana Indonesia merupakan penghasil cassava terbesar ketiga di dunia (13.300.000 ton/tahun). Sehingga untuk ketersediaan bahan baku, nata de cassava tidak akan menjadi masalah. Proses yang lebih ekonomis karena tidak dibutuhkan adanya penambahan gula menjadikan Nata de Cassava merupakan ancaman berat bagi nata yang lain. Selama ini pembuatan nata de coco masih membutuhkan penambahan gula, sehingga untuk skala produksi nata de cassava lebih ekonomis dan efisien. 
Pasar yang jelas untuk nata de cassava yaitu perusahan CV. Agrindo Suprafood yang siap menerima nata de cassava sebesar 80 ton per minggu membuat bisnis ini dapat mudah direalisasikan dan memiliki prospek yang jelas dimasa depan.
Keunggulan yang ditampilkan pada bisnis ini adalah inovasi limbah tapioka baik padat maupun cair yang dimanfaatkan menjadi produk unggulan makanan berserat nata de cassava. Dengan adanya nata de cassava dapat memberi solusi bisnis dengan meningkatkan nilai ekonomis limbah tapioka sebagai variasi produk nata. Bahan baku yang melimpah ruah dan murah merupakan kekuatan utama nata de cassava sehingga memudahkan dalam kepastian ketersediaan bahan baku. Kemantapan produk ini didukung lagi dengan proses dan bahan yang sederhana yang membuat bisnis ini menjadi layak dan dipastikan mendatangkan profit.
Nata de cassava saat ini memang belum banyak yang dikenal, namun respons pasar terhadap produk nata varian terbaru ini sangatlah positif.  Hal ini didukung dengan  Nata de Cassava  memiliki citarasa yang mirip dengan Nata de Coco, sehingga masa pengenalan produk tersebut di pasaran akan lebih cepat. Selain itu bentuk dan tekstur nata de cassava mirip nata de coco yaitu putih dan kenyal, bahkan Nata de cassava lebih kenyal, tebal, dan putih. Hanya saja ada perbedaannya. Selain rasa nata de cassava yang berasa singkong, penganan ini dibuat dari hasil fermentasi air perasan sisa dan  produksi tepung tapioka dengan menggunakan mikroba acetobacter xylinum. Sementara nata de coco dibuat dari fermentasi air kelapa. 
Dengan keunggulan yang dimiliki Nata De Cassava tersebut, dapat menjadi pertimbangan bagi perusahaan yang berbasis nata untuk bekerja sama. Dengan demikian, industri nata de cassava lama kelamaan akan menggantikan kekuatan dan ketenaran nata de coco sebagai industri makanan / minuman siap saji.

INOVASI NATA DE CASAVA

Nata de Cassava merupakan terobosan inovasi baru produk makanan berserat yang sangat layak masuk dalam persaingan industri makanan di Indonesia. Produk nata yang mendominasi pasar nata selama ini yaitu nata de coco. Saat ini industri nata de coco mempunyai permasalahan dalam keterbatasan bahan bakunya berupa air kelapa. Hal ini menyebabkan permintaan pasar yang tinggi akan nata tidak dapat terpenuhi. Ini merupakan suatu peluang  yang terbuka lebar bagi perusahaan pengembang produk nata de cassava untuk memenuhi permintaan pasar nata bahkan untuk menggantikan posisi  nata de coco dalam pasar nata di Indonesia.
Dengan bahan baku yang berasal dari limbah tapioka, nata de cassava akan muncul menjadi produk yang kokoh karena bahan bakunya berasal dari cassava, yang mana Indonesia merupakan penghasil cassava terbesar ketiga di dunia (13.300.000 ton/tahun). Sehingga untuk ketersediaan bahan baku, nata de cassava tidak akan menjadi masalah. Proses yang lebih ekonomis karena tidak dibutuhkan adanya penambahan gula menjadikan Nata de Cassava merupakan ancaman berat bagi nata yang lain. Selama ini pembuatan nata de coco masih membutuhkan penambahan gula, sehingga untuk skala produksi nata de cassava lebih ekonomis dan efisien. 
Pasar yang jelas untuk nata de cassava yaitu perusahan CV. Agrindo Suprafood yang siap menerima nata de cassava sebesar 80 ton per minggu membuat bisnis ini dapat mudah direalisasikan dan memiliki prospek yang jelas dimasa depan.
Keunggulan yang ditampilkan pada bisnis ini adalah inovasi limbah tapioka baik padat maupun cair yang dimanfaatkan menjadi produk unggulan makanan berserat nata de cassava. Dengan adanya nata de cassava dapat memberi solusi bisnis dengan meningkatkan nilai ekonomis limbah tapioka sebagai variasi produk nata. Bahan baku yang melimpah ruah dan murah merupakan kekuatan utama nata de cassava sehingga memudahkan dalam kepastian ketersediaan bahan baku. Kemantapan produk ini didukung lagi dengan proses dan bahan yang sederhana yang membuat bisnis ini menjadi layak dan dipastikan mendatangkan profit.
Nata de cassava saat ini memang belum banyak yang dikenal, namun respons pasar terhadap produk nata varian terbaru ini sangatlah positif.  Hal ini didukung dengan  Nata de Cassava  memiliki citarasa yang mirip dengan Nata de Coco, sehingga masa pengenalan produk tersebut di pasaran akan lebih cepat. Selain itu bentuk dan tekstur nata de cassava mirip nata de coco yaitu putih dan kenyal, bahkan Nata de cassava lebih kenyal, tebal, dan putih. Hanya saja ada perbedaannya. Selain rasa nata de cassava yang berasa singkong, penganan ini dibuat dari hasil fermentasi air perasan sisa dan  produksi tepung tapioka dengan menggunakan mikroba acetobacter xylinum. Sementara nata de coco dibuat dari fermentasi air kelapa. 
Dengan keunggulan yang dimiliki Nata De Cassava tersebut, dapat menjadi pertimbangan bagi perusahaan yang berbasis nata untuk bekerja sama. Dengan demikian, industri nata de cassava lama kelamaan akan menggantikan kekuatan dan ketenaran nata de coco sebagai industri makanan / minuman siap saji.

INOVASI NATA DE CASAVA

Nata de Cassava merupakan terobosan inovasi baru produk makanan berserat yang sangat layak masuk dalam persaingan industri makanan di Indonesia. Produk nata yang mendominasi pasar nata selama ini yaitu nata de coco. Saat ini industri nata de coco mempunyai permasalahan dalam keterbatasan bahan bakunya berupa air kelapa. Hal ini menyebabkan permintaan pasar yang tinggi akan nata tidak dapat terpenuhi. Ini merupakan suatu peluang  yang terbuka lebar bagi perusahaan pengembang produk nata de cassava untuk memenuhi permintaan pasar nata bahkan untuk menggantikan posisi  nata de coco dalam pasar nata di Indonesia.
Dengan bahan baku yang berasal dari limbah tapioka, nata de cassava akan muncul menjadi produk yang kokoh karena bahan bakunya berasal dari cassava, yang mana Indonesia merupakan penghasil cassava terbesar ketiga di dunia (13.300.000 ton/tahun). Sehingga untuk ketersediaan bahan baku, nata de cassava tidak akan menjadi masalah. Proses yang lebih ekonomis karena tidak dibutuhkan adanya penambahan gula menjadikan Nata de Cassava merupakan ancaman berat bagi nata yang lain. Selama ini pembuatan nata de coco masih membutuhkan penambahan gula, sehingga untuk skala produksi nata de cassava lebih ekonomis dan efisien. 
Pasar yang jelas untuk nata de cassava yaitu perusahan CV. Agrindo Suprafood yang siap menerima nata de cassava sebesar 80 ton per minggu membuat bisnis ini dapat mudah direalisasikan dan memiliki prospek yang jelas dimasa depan.
Keunggulan yang ditampilkan pada bisnis ini adalah inovasi limbah tapioka baik padat maupun cair yang dimanfaatkan menjadi produk unggulan makanan berserat nata de cassava. Dengan adanya nata de cassava dapat memberi solusi bisnis dengan meningkatkan nilai ekonomis limbah tapioka sebagai variasi produk nata. Bahan baku yang melimpah ruah dan murah merupakan kekuatan utama nata de cassava sehingga memudahkan dalam kepastian ketersediaan bahan baku. Kemantapan produk ini didukung lagi dengan proses dan bahan yang sederhana yang membuat bisnis ini menjadi layak dan dipastikan mendatangkan profit.
Nata de cassava saat ini memang belum banyak yang dikenal, namun respons pasar terhadap produk nata varian terbaru ini sangatlah positif.  Hal ini didukung dengan  Nata de Cassava  memiliki citarasa yang mirip dengan Nata de Coco, sehingga masa pengenalan produk tersebut di pasaran akan lebih cepat. Selain itu bentuk dan tekstur nata de cassava mirip nata de coco yaitu putih dan kenyal, bahkan Nata de cassava lebih kenyal, tebal, dan putih. Hanya saja ada perbedaannya. Selain rasa nata de cassava yang berasa singkong, penganan ini dibuat dari hasil fermentasi air perasan sisa dan  produksi tepung tapioka dengan menggunakan mikroba acetobacter xylinum. Sementara nata de coco dibuat dari fermentasi air kelapa. 
Dengan keunggulan yang dimiliki Nata De Cassava tersebut, dapat menjadi pertimbangan bagi perusahaan yang berbasis nata untuk bekerja sama. Dengan demikian, industri nata de cassava lama kelamaan akan menggantikan kekuatan dan ketenaran nata de coco sebagai industri makanan / minuman siap saji.

PELUANG B ISNIS NATA DE COCO

Ada beberapa kelebihan atau daya tarik dari nata de coco yang menjadikannya sebagai sebuah industri yang cukup membuat peluang bisnis nata de coco menjanjikan, diantaranya :
Pertama, nata de coco dikenal sebagai produk kaya serat. Kebutuhan masyarakat akan serat memang sesuatu hal mutlak, terutama masyarakat menengah keatas. Sejalan dengan berkembangnya era globalisasi masyarakat mendatang mulai melirik masalah kesehatan. Kesehatan bahkan dijadikan kebutuhan utama dibandingkan dengan kebutuhan lainnya. Dan nata de coco sangat baik untuk kesehatan karena serat yang dikandungnya. Akhir-akhir ini, banyak masyarakat yang rela menghabiskan uangnya guna mengkonsumsi tambahan serat dalam bentuk suplemen. Nata de coco adalah produk alami. Kecendrungan asyarakat adalah lebih tertarik kepada produk alami dibandingkan produk sintetis.
Kedua, nata de coco kaya akan gizi. Satu hal yang merupakan ciri masyarakat masa depan adalah kecendrungannya mengkonsumsi makanan yang bergizi merupakan suatu kebutuhan. Dan lagi-lagi nata de coco menjawab harapan masyarakat, nata de coco kaya akan gizi. Didalam nata de coco sendiri terkandung protein, lemak, gula, vitamin, asam amino, dan hormn pertumbuhan.
Ketiga, nata de coco mempunyai rasa yang lumayan enak. Disamping kaya akan gizi, nata de coco juga enak dikonsumsi. Jika dicampur dengan es teler, es krim atau fruit cocktail menjadikannya makanan yang mengundang selera.
Keempat, bahan pembuatan nata de coco mudah diperoleh dan tidak bersifat musiman. Nata de coco terbuat dari air kelapa. Dan kelapa sudah banyak dan hampir tersebar merata diseluruh pelosok tanah air. Kelapa juga berbuah sepanjang tahun dan tidak bersifat musiman.
Kelima, proses pengolahan dan peralatan industri nata de coco sederhana dan tidak memakan waktu yang lama. Pembuatan nata de coco tergolong cukup sederhana. Inductri rumah taggapun mampu memproduksinya. Waktu pembuatannya juga tergolong singkat, sekitar satu mingu sudah dapat dikonsumsi.
Keenam, industri nata de coco, merupakan industri yang ramah lingkungan.
Ketujuh, industri nata de coco belum begitu pesat perkembangannya. Peluang ini jika dimanfaatkan dan dikelola dengan baik, bukan mustahil akan mendatangkan keuntungan yang besar.
Demikianlah beberapa kelebihan yang dimiliki nata de coco sebagai industri masa depan yang cukup menggiurkan.

PELUANG B ISNIS NATA DE COCO

Ada beberapa kelebihan atau daya tarik dari nata de coco yang menjadikannya sebagai sebuah industri yang cukup membuat peluang bisnis nata de coco menjanjikan, diantaranya :
Pertama, nata de coco dikenal sebagai produk kaya serat. Kebutuhan masyarakat akan serat memang sesuatu hal mutlak, terutama masyarakat menengah keatas. Sejalan dengan berkembangnya era globalisasi masyarakat mendatang mulai melirik masalah kesehatan. Kesehatan bahkan dijadikan kebutuhan utama dibandingkan dengan kebutuhan lainnya. Dan nata de coco sangat baik untuk kesehatan karena serat yang dikandungnya. Akhir-akhir ini, banyak masyarakat yang rela menghabiskan uangnya guna mengkonsumsi tambahan serat dalam bentuk suplemen. Nata de coco adalah produk alami. Kecendrungan asyarakat adalah lebih tertarik kepada produk alami dibandingkan produk sintetis.
Kedua, nata de coco kaya akan gizi. Satu hal yang merupakan ciri masyarakat masa depan adalah kecendrungannya mengkonsumsi makanan yang bergizi merupakan suatu kebutuhan. Dan lagi-lagi nata de coco menjawab harapan masyarakat, nata de coco kaya akan gizi. Didalam nata de coco sendiri terkandung protein, lemak, gula, vitamin, asam amino, dan hormn pertumbuhan.
Ketiga, nata de coco mempunyai rasa yang lumayan enak. Disamping kaya akan gizi, nata de coco juga enak dikonsumsi. Jika dicampur dengan es teler, es krim atau fruit cocktail menjadikannya makanan yang mengundang selera.
Keempat, bahan pembuatan nata de coco mudah diperoleh dan tidak bersifat musiman. Nata de coco terbuat dari air kelapa. Dan kelapa sudah banyak dan hampir tersebar merata diseluruh pelosok tanah air. Kelapa juga berbuah sepanjang tahun dan tidak bersifat musiman.
Kelima, proses pengolahan dan peralatan industri nata de coco sederhana dan tidak memakan waktu yang lama. Pembuatan nata de coco tergolong cukup sederhana. Inductri rumah taggapun mampu memproduksinya. Waktu pembuatannya juga tergolong singkat, sekitar satu mingu sudah dapat dikonsumsi.
Keenam, industri nata de coco, merupakan industri yang ramah lingkungan.
Ketujuh, industri nata de coco belum begitu pesat perkembangannya. Peluang ini jika dimanfaatkan dan dikelola dengan baik, bukan mustahil akan mendatangkan keuntungan yang besar.
Demikianlah beberapa kelebihan yang dimiliki nata de coco sebagai industri masa depan yang cukup menggiurkan.

PROSES PENGOLAHAN NATA DE COCO

Nata de Coco yang dipanen pada umur 10-15 hari, dalam bentuk lembaran dengan ketebalan 1 - 1,5 cm. Nata de Coco dicuci dengan menggunakan air bersih, diiris dalam betuk kubus, dicuci dengan menggunakan air bersih. Nata de Coco direndam dalam air bersih selama 2-3 hari. Agar rasa asam Nata de Coco hilang perlu direbus hingga selama 10 menit. Hingga tahap ini telah dihasilkan Nata de Coco rasa tawar.

Untuk menghasilkan Nata de Coco siap konsumsi yang memiliki rasa manis dengan flavour tertentu perlu dilakukan proses lanjut. Nata de Coco direbus dalam air bergula. Penyiapan air bergula dengan cara menambahkan gula pasir sebanyak 500 gr ke dalam 5 liter air ditambahkan vanili atau flavour agent lain untuk menghasilkan valour yang diinginkan. Potongan Nata de Coco bentuk dadu dumasukkan kedalam air bergula selanjutnya direbus hingga mendidih selama 15 menit. Nata de Coco didingankan dan siap untuk dikonsumsi.
Pengemasan
Kemasan merupakan aspek penting dalam rangka menghasilkan produk Nata de Coco untuk keperluan komersial. Dengan demikian proses pengemasan perlu dilakukan secara teliti dan detai prosesnya sehingga menghasilkan nilai tambah yang optimal dari manfaat dan tujuan pengemamasan tersebut.
Kemasan terhadap produk Nata de Coco memiliki tujuan seabagai berikut:
a. Mengawetkan produk agar bertahan lama tidah rusak.
b. Memberikan sentuhan nilai estetika terhadap produk sehingga memiliki daya tarik yang lebih     tinggi.
c. Meningkatkan nilai tambah secara ekonomi terhadap produk.
d. Memudahkan proses penyimpanan dan distribusi produk.
Pengemasan dapat dilakukan dengan kemasan yang sederhana dengan menggunakan kantung plastik kemasan dengan usuran bervariasi ½ kg, 1 kg dan seterusnya sesuai dengan keperluan pasar bila pengemasan bertujuan untuk komersial. Kemasan dapat pula dilakukan dengan menggunakan kemasan cup plastik, ukuran aqua cup atau yang lebih besar. Ragam bentuk dan ukuran sangat ditentukan oleh kebutuhan pasar.
Untuk menghasilkan kemasan yang baik dengan mempertimbangkan keawetan produk yang dihasilakan perlu diperhatikan hal-hal sabagai berikut:
a. Kemasan harus bersih atau steril.
b. Isi kemasan diusahakan penuh agar tidak ada udara tersisa dalam kemasan sehingga      mikroba kontaminan tidak tumbuh.
Proses pengemasan produk Nata de Coco dapat dilakukan sebagai berikut; Nata de Coco yang telah direbus dengan penambahan gula dan flavouring agent tertentu didinginkan hingga suhu 40 oC (suma-suam kuku). Produk tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam kemasan plastik atau cup secara aseptik untuk menghindari contaminan. Pengisian produk kedalam kemasan harus penuh agar tidak tersisa udara dalam kemasan sehingga mikroba kontaminan tidak bisa tumbuh. Kemasan selanjutnya ditutup dengan menggunakan sealer. Setelah pengemasan selesai produk dimasukkan dalam air dingin hingga produk menjadi dingan dan segera ditiriskan. Selanjutnya produk yang telah dikemas dan didistribusikan atau disimpan dalam penyimpan berpendingin agar tetap segar dan lebih awet.

PERALATAN, BAHAN DAN PROSES PEMBUATAN NATA DE COCO

Nata de Coco merupakan makanan pencuci mulut (desert). Nata de Coco adalah makanan yang banyak mengandung serat, mengandung selulosa kadar tinggi yang bermanfaat bagi kesehatan dalam membantu pencernaan.
Kadungan kalori yang rendah pada Nata de Coco merupakan pertimbangan yang tepat produk Nata de Coco sebagai makan diet. Dari segi penampilannya makanan ini memiliki nilai estetika yang tinggi, penampilan warna putih agak bening, tekstur kenyal, aroma segar. Dengan penampilan tersebut maka nata sebagai makanan desert memiliki daya tarik yang tinggi. Dari segi ekonomi produksi nata de coco menjanjikan nilai tambah. Pembuatan nata yang diperkaya dengan vitamin dan mineral akan mempertinggi nilai gizi dari produk ini.
Nata de Coco dibentuk oleh spesies bakteri asam asetat pada permukaan cairan yang mengandung gula, sari buah, atau ekstrak tanaman lain. Beberapa spesies yang termasuk bakteri asam asetat dapat membentuk selulosa, namun selama ini yang paling banyak dipelajari adalah Acetobacter xylinum. Bakteri Acetobacter xylinum termasuk genus Acetobacter. Bakteri Acetobacter xylinum bersifat Gram negatip, aerob, berbentuk batang pendek atau kokus.
Pemanfaatan limbah pengolahan kelapa berupa air kelapa merupakan cara mengoptimalkan pemanfaatan buah kelapa. Limbah air kelapa cukup baik digunakan untuk substrat pembuatan Nata de Coco. Dalam air kelapa terdapat berbagai nutrisi yang bisa dimanfaatkan bakteri penghasil Nata de Coco. Nutrisi yang terkandung dalam air kelapa antara lain : gula sukrosa 1,28%, sumber mineral yang beragam antara lain Mg2+ 3,54 gr/l, serta adanya faktor pendukung pertumbuhan (growth promoting factor) merupakan senyawa yang mampu meningkatkan pertumbuhan bakteri penghasil nata (Acetobacter xylinum).
Adanya gula sukrosa dalam air kelapa akan dimanfaatkan oleh Acetobacter xylinum sebagai sumber energi, maupun sumber karbon untuk membentuk senyawa metabolit diantaranya adalah selulosa yang membentuk Nata de Coco. Senyawa peningkat pertumbuhan mikroba (growth promoting factor) akan meningkatkan pertumbuhan mikroba, sedangkan adanya mineral dalam substrat akan membantu meningkatkan aktifitas enzim kinase dalam metabolisme di dalam sel Acetobacter xylinum untuk menghasilkan selulosa.
Dengan perrtimbangan diatas maka pemanfaatan limbah air kelapa merupakan upaya pemanfaatan limbah menjadi produk yang memiliki nilai tambah. Fermentasi Nata de Coco dilakukan melalui tahap-tahap berikut:
Persiapan bahan dan alat :
  • Pemeliharaan biakan murni Acetobacter xylinum
  • Pembuatan starter
  • Fermentasi
  • Pemanenan
  • Pengolahan
  • Pengemasan
Proses Pembuatan
Peralatan yang diperlukan:
1. Kompor
2. Panci untuk merebus media / air kelapa
3. Gelas ukur besar 1liter dan 250 mililiter
4. Pengaduk
5. Pisau pengiris nata
6. Plastik kemasan 1/2 kg
7. Saringan air kelapa/ ayakan tepung
8. Nampan/ wadah untuk fermentasi
9. Kain putih/mori untuk penutup 3 m
10. Tali pengikat/karet
11. Ember/baskom perendam/pencuci
12. Timbangan kue
13. Sealing cup ukuran aqua gelas

Bahan yang diperlukan:
1. Air kelapa 25 liter
2. Gula pasir 2,5 kg
3. Asam cuka (asam asetat 25%)/asam cuka dapur 400 mili liter
4. Urea 25 g
5. Sirup rasa dan warna disesuaikan kesukaan masyarakat
6. Kap gelas (ukuran aqua gelas)
7. llumunium foil satu gulung
8. Sendok plastik
Pemeliharaan Kultur Murni Acetobacter xylinum
Biakan atau kultur murni Acetobacter xylinum diperoleh di laboratorium Mikrobiologi Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian, Bogor. Kultur tersebut tumbuh pada media Hassid Barker. Koleksi kultur dapat dalam bentuk kering beku dalam ampul, maupun dalam bentuk goresan dalam agar miring (slant agar). Koleksi kultur dalam bentuk kering beku dalam ampul dapat bertahan hidup bertahun-tahun tanpa peremajaan. Sedangkan koleksi kultur dalam agar miring perlu peremajaan setiap 2-3 bulan. Kebanyakan koleksi kultur pemeliharaannya dengan cara peremajaan dilakukan pada media agar miring.

Pemeliharaan koleksi kultur yang dimiliki dapat dilakukan dengan cara: pembuatan media Hassid Barker Agar (HBA) dalam tabung reaksi dan peremajaan kultur setiap 2-3 bulan. Komposisi media HBA adalah sebagai berikut: sukrosa 10%, (NH4)2SO4 0,6 g/L, K2HPO4 5,0 g/L, ekstrak khamir 2,5 g/L 2 % asam asetat glasial, agar difco 15 g/L . Media HBA dimasukkan kedalam tabung reaksi dan disterilkan dalam autoclave 121 oC, 2 atm, selama 15 menit. Media dalam tabung reaksi masih panas diletakkan mring hingga membeku untuk menghasilkan media agar miring. Peremajaan dapat dilakukan dengan cara menggoreskan 1 ose kultur kedalam media agar miring yang telah dipersiapkan. Kutur baru diinkubasi pada suhu kamar, selama 2-3 hari. Kultur akan tumbuh pada media HBA miring dengan bentuk sesuai alur goresan. Kultur yang terlah diremajakan siap untuk kultur kerja, dan sebagian disimpan untuk kultur simpan atau kultur stok (Stock Culture).
Persiapan Substrat
Sustrat adalah media pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum, bentuk cair yang didalamnya mengandung nutrisi yang diperlukan untuk pertumbuhan Acetobacter xylinum, untuk menghasilkan Nata de Coco.

Cara penyiapan substrat untuk pembuatan Nata de Coco dengan bahan baku air kelapa ádalah sebagai berikut; air kelapa yang diperoleh dari pasar disaring dengan menggunakan kain saring bersih. Ke dalam air kelapa ditambahkan sukrosa (gula pasir) sebanyak 10% (b/v). Gula ditambahkan sambil dipanaskan, diaduk hingga homogen. Urea (sebanyak 5 gram urea untuk setiap 1 liter air kelapa bergula yang disiapkan) ditambahkan dan diaduk sambil didihkan. Substrat ini didinginkan, kemudian ditambah asam acetat glacial (asam cuka ) sebanyak 2% atau asam cuka dapur 25% (16 ml asam asetat untuk setiap 1 liter air kelapa). Substrat disterilkan dengan cara dimasukkan dalam outoclave pada suhu 121 oC, tekanan 2 atm, selama 15 menit (atau didihkan selama 15 menit).
Penyiapan Starter
Starter adalah bibit Acetobacter xylinum yang telah ditumbuhkan dalam substrat pertumbuhan kultur tersebut sehingga populasi bakteri Acetobacter xylinum mencapai karapatan optimal untuk proses pembuatan nata, yaitu 1 x 109 sel/ml. Biasanya kerapatan ini akan dicapai pada pertumbuhan kultur tersebut dalam susbtrat selama 48 jam (2 hari).

Penyiapan starter adalah sebagai berikut: substrat disterilkan dengan outoclave atau dengan cara didihkan selama 15 menit. Setelah dingin kira-kira susu 40 oC, sebanyak 300 ml dimasukkan ke dalam botol steril volume 500 ml. Substrat dalam botol steril diinokulasi (ditanami bibit bakteri Acetobacter xylinum) sebanyak 2 ose (kira-kira 2 pentol korek api), bibit Acetobacter xylinum. Substrat digojog, sebaiknya menggunakan shaker dengan kecepatan 140 rpm ( secara manual digojog setiap 2-4 jam ). Starter ditumbuhkan selama 2 hari, pada suhu kamar.
Fermentasi
Fermentasi adalah suatu proses pengubahan senyawa yang terkandung di dalam substrat oleh mikroba (kulture) misalkan senyawa gula menjadi bentuk lain (misalkan selulosa / Nata de Coco), baik merupakan proses pemecahan maupun proses pembentukan dalam situasi aerob maupun anaerob. Jadi proses fermentasi bisa terjadi proses katabolisme maupun proses anabolisme.

Fermentasi substrat air kelapa yang telah dipersiapkan sebelumnya prosesnya sebagai berikut; substrat air kelapa disterilkan dengan menggunakan outoclave atau dengan cara didihkan selama 15 menit. Substrat didinginkan hingga suhu 40oC. Substrat dimasukkan pada nampan atau baskom steril dengan permukaan yang lebar, dengan kedalaman substrat kira-kira 5 cm. Substrat diinokulasi dengan menggunakan starter atau bibit sebanyak 10 % (v/v). Substrat kemudian diaduk rata, ditutup dengan menggunakan kain kasa. Nampan diinkubasi atau diperam dengan cara diletakan pada tempat yang bersih, terhindar dari debu, ditutup dengan menggunakan kain bersih untuk menghindari terjadinya kontaminasi. Inkubasi dilakukan selama 10 – 15 hari, pada suhu kamar. Pada tahap fermentasi ini tidak boleh digojok. Pada umur 10-15 hari nata dapat dipanen.
Proses Pengolahan Nata de Coco
Nata de Coco yang dipanen pada umur 10-15 hari, dalam bentuk lembaran dengan ketebalan 1 - 1,5 cm. Nata de Coco dicuci dengan menggunakan air bersih, diiris dalam betuk kubus, dicuci dengan menggunakan air bersih. Nata de Coco direndam dalam air bersih selama 2-3 hari. Agar rasa asam Nata de Coco hilang perlu direbus hingga selama 10 menit. Hingga tahap ini telah dihasilkan Nata de Coco rasa tawar.

Untuk menghasilkan Nata de Coco siap konsumsi yang memiliki rasa manis dengan flavour tertentu perlu dilakukan proses lanjut. Nata de Coco direbus dalam air bergula. Penyiapan air bergula dengan cara menambahkan gula pasir sebanyak 500 gr ke dalam 5 liter air ditambahkan vanili atau flavour agent lain untuk menghasilkan valour yang diinginkan. Potongan Nata de Coco bentuk dadu dumasukkan kedalam air bergula selanjutnya direbus hingga mendidih selama 15 menit. Nata de Coco didingankan dan siap untuk dikonsumsi.
Pengemasan
Kemasan merupakan aspek penting dalam rangka menghasilkan produk Nata de Coco untuk keperluan komersial. Dengan demikian proses pengemasan perlu dilakukan secara teliti dan detai prosesnya sehingga menghasilkan nilai tambah yang optimal dari manfaat dan tujuan pengemamasan tersebut.

Kemasan terhadap produk Nata de Coco memiliki tujuan seabagai berikut:
a. Mengawetkan produk agar bertahan lama tidah rusak.
b. Memberikan sentuhan nilai estetika terhadap produk sehingga memiliki daya tarik yang lebih tinggi.
c. Meningkatkan nilai tambah secara ekonomi terhadap produk.
d. Memudahkan proses penyimpanan dan distribusi produk.

Pengemasan dapat dilakukan dengan kemasan yang sederhana dengan menggunakan kantung plastik kemasan dengan usuran bervariasi ½ kg, 1 kg dan seterusnya sesuai dengan keperluan pasar bila pengemasan bertujuan untuk komersial. Kemasan dapat pula dilakukan dengan menggunakan kemasan cup plastik, ukuran aqua cup atau yang lebih besar. Ragam bentuk dan ukuran sangat ditentukan oleh kebutuhan pasar.

Untuk menghasilkan kemasan yang baik dengan mempertimbangkan keawetan produk yang dihasilakan perlu diperhatikan hal-hal sabagai berikut:
a. Kemasan harus bersih atau steril.
b. Isi kemasan diusahakan penuh agar tidak ada udara tersisa dalam kemasan sehingga mikroba kontaminan tidak tumbuh.

Proses pengemasan produk Nata de Coco dapat dilakukan sebagai berikut; Nata de Coco yang telah direbus dengan penambahan gula dan flavouring agent tertentu didinginkan hingga suhu 40 oC (suma-suam kuku). Produk tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam kemasan plastik atau cup secara aseptik untuk menghindari contaminan. Pengisian produk kedalam kemasan harus penuh agar tidak tersisa udara dalam kemasan sehingga mikroba kontaminan tidak bisa tumbuh. Kemasan selanjutnya ditutup dengan menggunakan sealer. Setelah pengemasan selesai produk dimasukkan dalam air dingin hingga produk menjadi dingan dan segera ditiriskan. Selanjutnya produk yang telah dikemas dan didistribusikan atau disimpan dalam penyimpan berpendingin agar tetap segar dan lebih awet.